MA'HAD ISLAM TERPADU AL- KHAIRIYYAH, SEKOLAH DAN PONDOK PESANTREN.....................DENGAN MOTTO: BERILMU AMALIYAH - BERAMAL ILMIYAH - MENJAGA UKHUWWAH ...........................YAYASAN MIT ALKHAIRIYYAH KARAWANG MENERIMA SEGALA BENTUK DONASI YANG HALAL DAN TIDAK MENGIKAT; MELALUI BANK JABAR . No. Rekening : 0014732411100 atas nama : Pondok Pesantren Al-Khairiyyah Karawang...........................Facebook: khaeruddin khasbullah.....

SEPUTAR AL-KHAIRIYYAH (facebook:: https://www.facebook.com/khaeruddin.khasbullah)

Rabu, 11 Januari 2012

WAQOF DAN IBTIDA' DALAM MEMBACA AL-QUR'AN

KONSEP MAKALAH MMQ QIRA’ATI - JABODETABEKA,
AHAD 4 Maret- 2012
DI MESJID AGUNG KARAWANG

Makalah ini dipersiapkan sebagai implementasi amanah pembina Qiro’ati yang disampaikan pada MMQ JABODETABEKA, 13- Nopember- 2011 di Mesjid Amar Ma’ruf Bekasi Timur, dan merupakan pembahasan lanjutan setelah uraian BAB WAQOF.

IBTIDA’ / MEMULAI KEMBALI BACAAN AL QUR-AN
Oleh: H.Khaeruddin Ibn Khasbullah


Tatkala S. Ali ditanya tentang arti kalimat :

ﻮﺮﺗﻞ ﺍﻠﻗﺮﺃﻦ ﺗﺭﺗﻴﻼ

beliau menjelaskan, bahwa maknanya adalah:

تجويد الحروف ومعرفة الوقوف

Yakni:” Membaguskan bacaan huruf- hurufnya dan memahami tentang cara- cara Waqof (dan Ibtida’) nya.(As- Syaikh M. Maky Nashr: Nihayatul Qoulil Mufiid 7).

Berdasarkan tafsir ini para Ulama’ Qiro’ah menyimpulkan bahwa cara Waqof dan Ibtida’ yang benar tatkala membaca Al- Qur’an adalah merupakan bagian dari perintah dan tuntutan Allah yang sangat ditekankan, sebagaimana Allah juga menekankan keharusan membaguskan bacaan huruf- hurufnya melalui firman Nya tersebut, sehingga mempelajarinya pun menjadi suatu ibadah dan kewajiban yang harus sekuat tenaga ditunaikan.

Oleh karena itu begitu banyak Ulama Al- Qur’an yang membahas dan mengulas tentang cara- cara Waqof dan Ibtida’ yang benar, karena mereka sangat menyadari pentingnya ilmu ini, sebab kandungan makna Al- Qur’an bisa menjadi rusak dan rancu dengan cara Waqof dan Ibtida’ yang salah.

Imam Suyuthi dalam Al- Itqon menulis:

ومن ثم اشترط كثير من الخلف على المجيز ان لا يجيز أحدا إلا بعد معرفته الوقف والابتداء ---(الإتقان في علوم القرأن الجزء الأول ص 85)

“Karena itu banyak Ulama Kholaf, yang berwenang memberikan Ijazah, tidak akan memberikan ijazahnya kepada seseorang kecuali setelah dia mengerti tentang Waqof dan Ibtida’”.

Idealnya, seorang Qori/ Guru Qiro’ah itu memahami bahasa Al- Qur’an, agar dia dapat Waqof dan Ibtida’ ditempat yang benar dan dapat mengajarkan hal itu dengan benar kepada para muridnya. Hal ini tentu menjadi beban tersendiri bagi kebanyakan orang zaman sekarang yang memiliki kendala baik karena keterbatasan waktu maupun keterbatasan sarana dan pemahamannya.

I. TEMPAT- TEMPAT DIMANA DILARANG WAQOF

Pada makalah terdahulu Oleh Pembina Qiro’ati Jabodetabeka (13/11/ 2011), dijelaskan tentang ditempat mana saja Waqof dilarang, yaitu:

a- Waqof pada Fi’I’ tanpa fa’ilnya, seperti:
b- Waqof pada Fa’il tanpa maf’ulnya.
c- Waqof pada huruf Jar tanpa yang dijarkannya,
d- Waqof pada mudhof tanpa mudhof ilaihnya
e- Waqof pada mubtada’ tanpa khobarnya,
f- Waqof pada man’ut tanpa naatnya,
g- Waqof pada ma’thuf alaih tanpa ma’thufnya,
h- Waqof pada ‘adad tanpa ma’dudnya,
i- Waqof pada fi’il syarat tanpa jawabnya,
j- Waqof pada muakkid tanpa taukidnya,
k- Waqof pada shohibul haal tanpa haalnya
l- Waqof pada Maushul tanpa shilah nya.
m- Waqof pada Mustasnaa Minh tanpa istitsna’ nya
n- Waqof pada Fi’il tanpa Mashdarnya.

Sebagaimana pernyataan Ibnu Al- Ambary:

ﻮﻻﻴﺘﻡ ﺍﻠﻮﻗﻒ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻀﺎﻒ ﺪﻮﻦ ﺍﻟﻤﻀﺎﻒ ﺍﻟﻴﻪ ﻮﻻ ﺍﻟﻤﻨﻌﻮﺖ ﺪﻭﻦ ﻧﻌﺗﻪ ﻮﻻ ﺍﻟﺮﺍﻔﻊ ﺪﻭﻦ ﻤﺮﻔﻮﻋﻪ ﻭﻋﻜﺴﻪ ﻮﻻ ﺍﻠﻧﺎﺼﺐ ﺪﻭﻦ ﻤﻨﺻﻭﺑﻪ ﻮﻋﻜﺴﻪ ﻭﻻ ﺍﻠﻤﺆﻛﺪ ﺪﻮﻦ ﺗﻭﻛﻴﺩﻩ ﻮﻻ ﺍﻠﻤﻌﻄﻮﻒ ﺩﻭﻦ ﺍﻠﻤﻌﻄﻮﻒ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﻻ ﺍﻠﺑﺪﻞ ﺩﻭﻦ ﻤﺑﺪَّﻠِﻪ ﻮﻻ ﺃﻦ ﺃﻭ ﻜﺎﻦ ﺃﻮ ﻇﻦ ﻭﺃﺨﻭﺍﺗﻬﺎ ﺪﻮﻦ ﺇﺴﻤﻬﺎ ﻮﻻ ﺇﺴﻤﻬﺎ ﺪﻮﻦ ﺨﺑﺭﻬﺎ ﻭﻻ ﺍﻠﻤﺴﺘﺜﻨﻰ ﻤﻨﻪ ﺪﻭﻦ ﺇﺴﺘﺜﻨﺎﻩ ﻭﻻ ﺍﻠﻤﻭﺻﻭﻞ ﺪﻮﻦ ﺼﻠﺘﻪ ﺇﺴﻤﻴﺎ ﺃﻮ ﺤﺮﻔﻴﺎ ﻮﻻ ﺍﻠﻔﻌﻞ ﺪﻮﻦ ﻤﺼﺪﺮﻩ ﻮﻻ ﺍﻠﺤﺮﻑ ﺪﻮﻦ ﻤﺘﻌﻠﻗﻪ ﻮﻻ ﺸﺮﻁ ﺪﻮﻦ ﺠﺰﺍﺋﻪ (ﺍﻹﺘﻗﺎﻦ ﻟﻟﺴﻴﻮﻄﻲ ١/٧٥ – ٧٦)

Larangan Waqof ini berlaku bila tidak ada unsur darurat. Bila dalam kedaan darurat, maka Waqof dimanapun diperbolehkan asal mengulang/ Ibtida’ dari tempat yang benar. Imam Ibnu Al- Jazary menyatakan:

وَغَيْرُ مَا تَمَّ قَبِيْحٌ وَلَهُ - الْوَقْفُ مُضْطَرَّا وَيُبْدَا قَبْلَه

“Dan selain pada kalimat yang sudah sempurna, maka Waqof disini
adalah QOBIH/ buruk. Namun boleh Waqof dalam keadaan darurat,
dan ia harus mengulang dari kalimat sebelumnya”.
Juga diperbolehkan, walaupun tetap dianjurkan untuk terus, yakni bila
waqof bertanda ( ﻻ ) yang berada di AKHIR AYAT (Ru-uusul Ayat).
Sebagaimana pernyataan Ibnul Jazary:

فَالتَّامُ فَالْكَافِيْ وَلَفْظاً فَامْنَعَنْ إِلَّاَ رُؤُسُ الأيِ جَوِّزْ فَالْحَسَنْ

II. TEMPAT- TEMPAT DIMANA DILARANG IBTIDA’ (IBTIDA’ QOBIIH & AQBAH).

Maka di tempat- tempat dimana dilarang Waqof, disana juga
dilarang Ibtida’ ditempat kebalikan keadaan larangan Waqof
tersebut.
(kecuali pada point (k)- haal dan pada point (m)- Huruf Istitsna ), yakni:

a- Ibtida’ pada Fa’il - Misal Ibtida' dengan lafadh "ROBBUHU" pada contoh dibawah

ﻮﺇﺬ ﺍﺑﺘﻟﻰ ﺇﺑﺭﺍﻫﻴﻡَ ﺭﺑُّﻪ ﺑﻛﻟﻤﺎﺖ

b- Ibtida’ pada Maf’ul- Misal Ibtida' dengan lafadh "IBROHIMA" pada contoh dibawah
ﻮﺇﺬ ﺍﺑﺘﻟﻰ ﺇﺑﺭﺍﻫﻴﻡَ ﺭﺑُﻪ ﺑﻛﻟﻤﺎﺖ

c- Ibtida’ pada yang di- Jer- kan: Misal ibtida' dengan lafadh "Al- Masjid" sesuai contoh dibawah:

ﺴﺑﺤﺎﻦ ﺍﻠﺬﻱ ﺃﺴﺮﻯ ﺑﻌﺑﺪﻩ ﻟﻴﻼ ﻤﻦ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ ﺇﻠﻰ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺍﻷﻗﺼﺎ

d- Ibtida’ pada Mudhof Ilaih: Misal Ibtida' dengan lafadh "Al- Waswaas" pada contoh dibawah

ﻤﻦ ﺸﺮ ﺍﻠﻮﺴﻮﺍﺱ ﺍﻟﺨﻨﺎﺱ

قل ما يكون لي أن أبدله من تلقائ نفسي إن أتبع إلا ما يوحى إلي (يونس \15)

وما كان لبشر أن يكلمه الله إلا وحيا أو من ورائ حجاب أو يرسل رسولا (الشورى \ 51)


e- Ibtida’ pada Khobar tanpa Mubtada’ nya, Misal Ibtida' dari lafadh "Kabiirun" pada contoh dibawah:

قل قتالٌ فيه كبيرٌ وصدٌّ عن سبيل الله

f- Ibtida’ pada Naat tanpa Man’ut nya (jika masih nakiroh), Misal Ibtida' pada lafadh "Ma'ruufun" pada contoh dibawah:

ﻘﻮﻞٌ ﻤﻌﺮﻮﻒٌ ﻮﻤﻐﻔﺮﺓ ﺨﻴﺮ ﻤﻦ ﺼﺪﻗﺔ ﻴﺘﺑﻌﻬﺎ ﺃﺫﻯ

g- Ibtida’ pada Ma’thuf tanpa huruf athof nya.Misal Ibtida' pada lafadh "Taliinu" pada contoh dibawah:

ثم تلين جلودهم وقلوبهم إلى ذكر الله ( الزمر 23)

h- Ibtida’ pada Ma’dud. Misal Ibtida' pada lafadh "Kaukaba" pada contoh dibawah:

ﺇﻨﻲ ﺮﺃﻴﺖ ﺃﺤﺪَ ﻋﺷﺭَ ﻜﻮﻜﺑا (يوسف 4)

i- Ibtida’ pada jawab As- syarth. Misal Ibtida' pada lafadh "Ahsantum" pada contoh dibawah:

إن أحسنتم أحسنتم لأنفسكم وإن أسأتم فلها (بني إسرائل 7)

j- Ibtida’ pada Muakkid tanpa Taukid nya. Misal Ibtida' pada lafadh "Zayyanna" pada contoh dibawah.

ولقد زينا السماء الدنيا بمصابيح

k- Ibtida’ pada Maushul tanpa Shillah nya. Misal Ibtida' pada lafadh "Nuuritsu" pada contoh dibawah:

ﺘﻟﻚ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﺍﻟﺘﻰ ﻧﻭﺮﺚ ﻤﻦ ﻋﺑﺩﻨﺎ ﻤﻦ ﻜﺎﻥ ﺘﻗﻴﺎ . ﻤﺮﻴﻢ٦٣
ﺃﻭﻠﺌﻚ ﺍﻠﺬﻴﻦ ﺃﺌﻌﻡ ﺍﷲ ﻋﻟﻴﻬﻢ ﻤﻦ ﺍﻟﻨﺑﻴﻴﻦ .... ﻤﺮﻴﻡ ٥٨
صراط الذين أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم

l- Adapun Ibtida’ pada “ haal” itu diperbolehkan bila bersifat meneruskan kembali bacaan yang terputus, misalnya pada:

ﺃﻔﻮﺍﺠﺎ (ﺍﻠﻨﺼﺮ)- ﻤﺨﻟﺻﻴﻦ (ﺍﻠﺑﻴﻨﺔ) - ﻤﺤﻠﻗﻴﻦ ﺮﺆسكم ﻭﻤﻗﺻﺮﻴﻦ (ﺍﻠﻔﺗﺢ27)

m- Ibtida’ setelah lafadh “Qoola- – Yaquulu” dan turunannya, kadang- kadang memiliki makna buruk, seperti:

ﻗﺎﻟﻭﺍ ﺭﺑﻧﺎ ﻫﺆﻵﺀ ﺸﺭﻜﺎﺆﻨﺎ ﺍﻟﺬﻱ ﻜﻨﺎ ﻧﺪﻋﻮﺍ ﻤﻦﺪﻮﻧﻚ......(ﺍﻟﻨﺤﻞ٨٦)
ومن الناس من يقول ربنا ءاتنا في الدنيا وما لهم قي الأخرة من خلاق ( البقرة 200)

bahkan bisa sangat buruk, seperti IBTIDA” AQBAH dibawah ini:

ﻠﻗﺪ ﻛﻔﺮ ﺍﻠﺬﻴﻦ ﻗﺎﻠﻭﺍ ﺇﻦ ﺍﻠﻠﻪ ﺛﺎﻠﺙ ﺛﻼﺛﺔ (ﺍﻠﻤﺎﺌﺪﺓ ۷۳)
ﻠﻗﺪ ﻛﻔﺮ ﺍﻠﺬﻴﻦ ﻗﺎﻠﻭﺍ ﺇﻦ ﺍﻠﻠﻪ ﻫﻮﺍﻠﻤﺴﻴﺢ ﺍﺑﻦ ﻤﺮﻴﻡ (ﺍﻠﻤﺎﺋﺪﺓ۱۷)

Karena itu dianjurkan agar selalu memulai dari lafadh QOOLA
dan turunannya tersebut bila Waqof dan Ibtida’ pada bentuk
kalimat seperti ini.

III. KERINGANAN (Ibtida’ Murokkhosh)

Namun demikian bila ayatnya sangat panjang dan susah untuk mencari Ibtida’ yang baik, maka tidak mengapa melakukan Ibtida’ ditempat yang kurang pas.

(الثالث) يغتفر في طول الفواصل والقصص والجمل المعترضة ونحو ذالك وفي حالة جمع القراﺀات وقراءة التحقيق والتنزيل ما لا يغتفر في غيرها فربما أجيز الوقف والإبتداء لبعض ما ذكر ولو كان لغير ذالك لم يبح – وهذا الذي سماه السجاوندي المرخص ضرورة ---(ألإتقان 1\88)

IV. DIMANA DIPERBOLEHKAN IBTIDA’

Yakni bila Ibtida’ yang dilakukan tidak berada pada larangan Waqof dan Ibtida’ yang sudah dijelaskan diatas, yaitu pada:

1. Ibtida’ TAAM. (Ibtida’ sempurna).

وهو الإبتداء بما ليس له علاقة بما قبله – سواء كان ذالك لفظا أو معنى

“Yakni Ibtidak dengan lafadh yang tidak ada hubungan dengan kalimat sebelumnya, baik dalam hal lafadh atau maknanya”.
(Dr.Umar Kholifah Az- Zanji: Al- Mu’jam At- Tajwidy,bab Alif/Hamzah)

Seperti berhenti pada akhir ayat 15 Surat Maryam: ﻭﻴﻮﻡ ﻴﺑﻌﺚ ﺤﻴﺎ dan ibtida’ dengan lafadh: ”ﻮﺍﺬﻜﺭ” ayat 16.
Contoh Waqof/Ibtida’ Tam ditengah ayat:

وجعلوا أعزة أهلها أذلة – وكذالك يفعلون ( النمل 34)

Yakni terpisah antara perkataan Bilqis dan pernyataan Allah

لقد أضلني عن الذكر بعد إذ جاءني – وكان الشيطان للإنسان خذولا (الفرقان 29)

Disini terpisah antara perkataan Ubay bin Kholaf dan pernyataan Allah.


2. Ibtida’ KAAFII (Ibtida’ cukup bagus)

وهو ما يحسن الإبتداء به – وذالك لتعلقه بما قبله معنى لا لفظا

“Yakni Ibtida’ yang cukup bagus dengan lafadh itu, demikian itu karena lafadh tersebut masih ada hubungan dengan kalimat sebelumnya secara makna, tapi secara lafadh tidak”.

Seperti berhenti pada lafadh “ﻭﻧﺴﺎﺀً” dan memulai dari lafadh: “ﻮﺍﺗﻗﻭﺍﷲ” pada Surat:An- Nisa’ ayat 1

3. Ibtida’ HASAN (Ibtida’ baik).

وهو الإبتداء بما يكون معناه حسنا لكنه متعلق بما قبله

“Yakni Ibtida’, yang kandungan maknanya bagus (tidak menjadi rancu), namun lafadh tersebut masih berhubungan dengan kalimat sebelumnya”.
Pada keadaan seperti ini lebih baik mengulang dari kalimat sebelumnya.
Seperti berhenti pada lafadh; ”ﻧذﻴﺮﺍ”, pada Surat Al- Furqoon 1- dan memulai dari lafadh: “….. ﺍﻟﺫﻱ ﻠﻪ ” ayat 2. Maka sebaiknya mengulang dari lafadh: “ﻟﻴﻜﻮﻦ... ”.

V. BENTUK KALIMAT DALAM AL- QUR’AN

Dalam Al- Itqon2/76, Imam Suyuthi menyatakan adanya aneka ragam bentuk dan gaya kalimat dalam Al- Qur’an, yang sebaiknya diketahui agar kita bisa Waqof dan Ibtida’ dengan benar, akan tetapi secara garis besarnya semuanya itu terdiri dari 3 (tiga) bentuk utama, yakni:

A- Bentuk JUMLAH ISMIYYAH
B- Bentuk JUMLAH FI’LIYYAH.
C- Bentuk CAMPURAN.

Pada prakteknya saat membaca Al- Qur’an, kita akan Waqof maupun Ibtida’ pada salah satu bentuk kalimat tersebut, apakah pada bagian awal atau pertengahan JUMLAH ISMIYYAH atau pada awal atau pertengahan JUMLAH FI’LIYYAH, atau campuran keduanya.

Ad A: JUMLAH ISMIYYAH

Yakni kalimat yang dibentuk dari MUBTADA’ (SUBJECT) + KHOBAR (PREDIKAT).
Kalimat bentuk ini utamanya dibentuk dengan Subject yang berupa kata benda /isim, dan dapat didahului oleh HURUF- HURUF PENDAHULU. Sedangkan PREDIKAT bisa berupa kata benda/ kata sifat atau bahkan berupa SUSUSAN KALIMAT yang bersifat menerangkan Subject nya. Sehingga formula bakunya adalah (dibaca dari kanan kekiri) :

PREDIKAT + SUBJECT + HURUF- HURUF PENDAHULU
(na’at man’ut)
ﻭ ﺃﻦ ﺍﷲ ﻏﻔﻮﺮ ﺮﺤﻴﻡ




1.1. IBTIDA’ DENGAN MUBTADA’/ KHOBAR

Ibtida’ pada kalimat bentuk ini harus dari Mubtada’/ Subject atau Khobar Muqoddam (khobar yang didahulukan), dan bila didahului oleh beberapa huruf pendahulu, maka HARUS DIMULAI DARI HURUF YANG PALING AWAL.
Termasuk Ibtida’ dengan Mubtada’ atau Khobar ini adalah bila kita Ibtida’ dengan:
- Dhomir Munfashil (kt. Ganti yang terpisah):

ﻫﻮ - ﻫﻤﺎ - ﻫﻡ - ﻫﻲ - ﻫﻦ - ﺃﻧﺖ - ﺃﻧﺗﻤﺎ - ﺃﻨﺗﻡ - ﺃﻨﺖ - ﺃﻧﺗﻦ - ﺃﻧﺎ - ﻨﺤﻦ

- Ishim Maushul

ﺍﻟﺬﻱ - ﺍﻟﺬﺍﻦ - ﺍﻟﺬﻴﻦ - ﺍﻟﺗﻲ - ﺍﻟﻟﺗﺎﻦ - ﺍﻟﻼﺗﻲ - ﺍﻟﻼﺉ - ﻤﺎ - ﻤﻦ
- Isim Isyaroh

ﻫﺬﺍ - ﻫﻨﻩ - ﺬﺍﻠﻚ - ﺬﺍﻠﻜﻤﺎ - ﺬﺍﻠﻜﻡ - ﺬﺍﻠﻜﻦ - ﺗﻟﻚ - ﺘﻟﻜﻤﺎ - ﺗﻟﻜﻡ - ﺍﻮﻻﺖ - ﺃﻮﻠﺋﻙ - ﻫﺆﻻﺀ

Contoh Khobar Muqoddam:

SUBJECT + PREDIKAT + HURUF- HURUF PENDAHULU
(na’at man’ut)
و لهم عذاب أليم

Ad 2: JUMLAH FI’LIYYAH

Yakni kalimat yang dibentuk dari FI’IL/ kt. kerja + FA’IL/pelaku + MAF’UL/ object penderita, dan dapat didahului oleh HURUF- HURUF PENDAHULU lainnya.
Sehingga formula bakunya adalah:
MAF’UL BIH + FA’IL + FI’I (MADHI) + HURUF

ﻔ ﻌﺻﻰ ﻔﺮﻋﻮﻦ ﺍﻟﺭﺴﻮﻝ
ﻔ ﺄﺨﺬ--------- ﻨﺎ ﻩ ﺃﺨﺬﺍ ﻮﺑﻴﻼ

ﻔﻌﺻﻰ ﻔﺮﻋﻮﻦ ﺍﻟﺭﺴﻮﻝ ﻔﺄﺨﺬﻨﺎ ﻩ ﺃﺨﺬﺍ ﻮﺑﻴﻼ (ﺍﻟﻤﺰﻤﻞ١٦)


2.1. IBTIDA’ DENGAN FI’IL

Maka Qori’ yang tiba pada kalimat bentuk Jumlah Fi’liyyah dan akan Waqof disana, ia dapat Ibtida’ dengan menggunakan Fi’il yang ada, baik Fi’il Madhi (bentuk lampau), Fi’il Mudhori’ (bentuk sedang/akan) atau Fi’iI Amr (bentuk perintah)/ Nahi, terutama TURUNAN DARI LAFADH: ﻗﺎﻝ - ﻗﻴﻞ - ﻴﻗﻮﻞ - ﻗﻝ - لا تقل

2.1.1. TANDA- TANDA FI’IL

Fi’il Madhi ditandai dengan akhiran:

(لَ) – (-- ﺎ) - (-- وا) – تْ – تا - نَ – تَ – تما – تم – تِ – تما – تُنَّ – تُ - نا
كتب – كتبا – كتبوا – كتبت – كتبتا – كتبن – كتبت – كتبتما – كتبتم – كتبت – كتبتما – كتبتن – كتبت – كتبنا

Fi’il Mudhori’ ditandai dengan awalan:

يَ – يُ – تَ – تُ – أَ – أُ – نَ – نُ

Seperti:

يدخل – يدخل – تدخل – تدخل – أدخل – أدخل – ندخل – ندخل

Baik tunggal, tasniyah maupun jama’
Fi’il Amr ditandai dengan akhiran:

(لْ) – (--ﺎ) - (-- وْا) - (-- يْ) – (نَ)
كل – كلا – كلوا – كلي - كلن
لام الامر+ ﻤﺿﺎﺮﻉ :atau
(ف) ليقل – (ف) ليكرم – (ف) ليحسن

Dengan akhiran tersebut diatas

Fi’il Nahi ditandai dengan didahului huruf ( لا) Nahiyah, dan awalan huruf ( تَ ), diakhiri dengan tanda- tanda akhiran yang dimiliki Fi’il Amr seperti tersebut diatas, yakni:

(لْ) – (--ﺎ) - (-- وْا) - (-- يْ) – (نَ)
لا تقرب – لا تقربا – لا تقربوا – لا تقربي - لا تقربن

Bila Fi’il- fi’il itu (dan juga Isim), sebelumnya didahului oleh huruf/ beberapa huruf pendahulu, maka Ibtida’ harus diawali dengan semua huruf yang mendahului fi’il (dan Isim) itu.

Dengan memperhatikan hal- hal yang sudah dijelaskan diatas, kita bisa memulai bacaan (ibtida’) dengan hal- hal berikut:

Ad.3: IBTIDA’ DENGAN HARF- HARF PENDAHULU

Huruf- huruf berikut ini pada garis besarnya baik untuk Ibtida’,
yakni:

a. HARF ATHOF.

Yaitu huruf- huruf berikut:
ﻭ - ﻓ - ﺜﻡ - ﺤﺘﻰ - ﺃﻡ - ﺃﻮ - ﺇﻤﺎ - ﺑﻞ - ﻠﻜﻦ

Contoh:

ﺍﻠﺫﻴﻦ ﻴﺆﻤﻨﻮﻦ ﺑﺎﻠﻐﻴﺐ ﻮﻴﻗﻴﻤﻭﻦ ﺍﻠﺼﻼﺓסּ

Huruf Athof ini dalam tata bahasa Arab dapat dianggap sebagai tanda awal kalimat/ anak kalimat, sehingga bila bergabung beberapa huruf sekaligus dalam satu kalimat, maka tetap harus Ibtida’ dari huruf Athof/ huruf paling awal.

contoh:

ﻭ + ﻟ + ﻗﺪ + ﺍﺘﻴﻨﺎ ﻟﻗﻤﻦ ﺍﻟﺤﻜﻤﺔ-----
ﻭﻟﻗﺪ ﺍﺘﻴﻨﺎ ﻟﻗﻤﻦ ﺍﻟﺤﻜﻤﺔ -----

Maka sebagian besar Harf yang akan diterangkan dibawah ini diawali dengan harf Athof. Hanya sebagian kecil yang berdiri sendiri.

Catatan:

Hati- hati, tidak semua Wau itu baik untuk Ibtida’, seperti kalimat dibawah ini, karena Wau ini bukan Wau Harf, tapi Wau bagian dari lafadh.
ﻮﻴﺑﻗﻰ ﻭﺠﻪ ﺮﺑﻚ סּ

ﻔﺈﺫﺍ ﺠﺎﺀ ﻮﻋﺩ ﺍﻮﻟﻬﻤﺎ ﺑﻌﺛﻨﺎ ﻋﻠﻴﻜﻡ ﻋﺑﺎﺪﺍ ﻠﻨﺎ ﺃﻭﻟﻲ ﺑﺄﺲ ﺸﺪﻴﺪ .......(ﺍﻹﺴﺮﺍﺀ۵)

b. HARF ISTIFHAM, seperti:

ﺃ - ﺃﻡ - ﺃﻠﻡ - ﻜﻡ - ﻜﻴﻒ - ﻫﻞ - ﻤﻦ

c. HARF JAR, Ibtida’ dengan huruf Jar ini adalah yang masyhur digunakan karena mudah, walau tidak selamanya bagus. Diantaranya adalah:

ﺏِ - ﻜَ - ﻠِ - ﻠَ - ﻤِﻦْ - ﻔﻲ - ﻋﻠﻰ - إلى - حتى
حروف القسم: (وَ- بِ – تَ) - ﻋﻦ - ﻇﺮﻒ - متى

d. HARF ISTITSNA, seperti:

ﻏﻴﺮ - ﺇﻻ

e. HARF Nida’, seperti:

ﻴﺎ - ﺃﻴﻬﺎ - أيتها - ﻴﺎ ﺃﻴﻬﺎ - ﺮﺐ - ﺭﺑﻲ - ﺮﺑﻨﺎ

f. HARF أن - لن - إذن - كي - لام كي
(Amil Nashob)

g. HARF إن - لَمَْ - لا
(Amil Jazem)

h. HARF قد - س - سوف

i. HARF ﺇﻦ - ﺃﻦ - ﻟﻜﻦ - ﻟﻴﺖ - ﻟﻌﻝ - ﻜﺄﻦ
(Akhowat INNA)

j. ﻜﺎﻥ - ﻆﻝ - ﺑﺎﺖ - ﺃﻀﺤﻰ- ﺃﻤﺴﻰ - ﺃﺻﺑﺢ - ﺻﺎﺭ - ﻟﻴﺲ
(Akhowat KANA dan DHONNA)

VI. BEBERAPA TIPS MUDAH UNTUK IBTIDA’

Kita dapat melakukan Ibtida’ tanpa takut salah dengan cara:
MELAKUKAN WAQOF, satu atau beberapa lafadh setelah tanda Washol ( صلى – ق – لا – ز - ص) kemudian memulai dari tanda Washol tersebut.

Contoh:

:
إنا خلقنا الإنسان من نطفة أمشاج - نبتليه فجعلناه سميعا بﺼﻴﺮﺍ


أم حسبت أن أصحاب ﺍﻟﻜﻬﻒ ﻮالرقيم كانوا من اياتنا عجبا

فأكلا منها فبدت لهما سواتهما وطفقا يخصفن عليهما من ورق الجنة وعصى ادم ربه فغوى

Pada lembar lampiran nanti, insya Alloh akan diberikan beberapa contoh
Waqof dan Ibtida’ sesuai keterangan diatas.

V. WAQOF & IBTIDA’ SUNNAH.

Inti sebuah ibadah adalah “ITTIBA RASUL”/ mengikuti Sunnah Nabi. Demikian pula dalam hal tilawah, intinya adalah ingin mendapatkan pahala setinggi- tingginya ketika kita bertilawah dengan sedapat mungkin meniru dengan apa yang pernah dilakukan Nabi tatkala beliau bertilawah.
Dalam Al Qur’an ada waqof bertanda( ج ) atau tanda lainnya, dengan dasar waqof yang dilakukan malaikat Jibril tatkala beliau mengajarkan Al- qur’an kepada Nabi Muhammad, sehingga Nabi pun biasa waqof di tempat tempat ini. Waqof ini kemudian dikenal sebagai WAQOF JIBRIL, sedangkan Ibtida’ pada kalimat sesudahnya juga merupakan Ibtida’ Sunnah, yakni:

1.Al- Baqoroh 148, pada: فاستبقو االخيرات
- Ibtida’ dengan: ﺃﻴﻦ
2.Ali Imron 95, pada: فل صدق الله
- Ibtida’ dengan: ﻔﺎﺘﺑﻌﻮﺍ
3.Al- Maidah 116, pada:سبحانك ما يكون لي أن أقول ما ليس لي بحق
- Ibtida’ dengan: ﺇﻦ ﻜﻨﺖ
4.Yusuf 108, pada: قل هذه سبيلي أدعوا الى الله
- Ibtida’ dengan: ﻋﻠﻰ ﺑﺻﻴﺭﺓ
5.Ar- Ro’du, pada: كذالك يضرب الله ﺍﻠﺤﻖ ﻮﺍﻠﺑﺎﻁﻞ
- Ibtida’ dengan: ﻔﺄﻤﺎ ﺍﻠﺯﺑﺩ
6.An- Nahl 5, pada: والأنعام خلقها
- Ibtida’ dengan: ﻟﻜﻢ ﻔﻴﻬﺎ ﺩﻑﺀ
7.As- sajdah 18, pada:أفمن كان مؤمنا كمن كان فاسقا
- Ibtida’ dengan: ﻻ ﻴﺴﺗﻮﻦ
8.An- Nazi’at 22-23, pada: ثم أدبر يسعى . فحشر
– Ibtida’ dengan: ﻔﻨﺎﺪﻯ
9.Al- Qodar 3, pada: ليلة القدر خير من ألف ﺸﻬر
- Ibtida’ dengan: ﺘﻨﺰﻞ

(Al- Allamah As Sakhowy: “Manarul Huda”, fi bayani al waqfi wal Ibtida’; Dr.Umar Kholifah Az- Zanji: Al- Mu’jam At- Tajwidy,324; )

Lihat Video Syekh Ayman Suwayd Rushdy:http://www.youtube.com/watch?v=OonQwoj8ebQ

DISIAPKAN DI: GRIYA PANORAMA INDAH PURWASARI KARAWANG, SABTU 31- DESEMBER- 2012. 081218174207

4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. assalamualaikum,salam kenal , pembahasan materinya, bagus n mantap banget ,mohon ijin copas ya.

    BalasHapus
  3. assalamualaikum,salam kenal , pembahasan materinya, bagus n
    mantap banget ,mohon ijin copas jua ya. Terima kasih

    BalasHapus
  4. assalamu'alaikum...jazakumullah ana bisa mnemukan jawaban dr artikel ini....izin copas

    BalasHapus