MA'HAD ISLAM TERPADU AL- KHAIRIYYAH, SEKOLAH DAN PONDOK PESANTREN.....................DENGAN MOTTO: BERILMU AMALIYAH - BERAMAL ILMIYAH - MENJAGA UKHUWWAH ...........................YAYASAN MIT ALKHAIRIYYAH KARAWANG MENERIMA SEGALA BENTUK DONASI YANG HALAL DAN TIDAK MENGIKAT; MELALUI BANK JABAR . No. Rekening : 0014732411100 atas nama : Pondok Pesantren Al-Khairiyyah Karawang...........................Facebook: khaeruddin khasbullah.....

SEPUTAR AL-KHAIRIYYAH (facebook:: https://www.facebook.com/khaeruddin.khasbullah)

Senin, 07 April 2014

KARTINI DAN KIYAI SOLEH DARAT SEMARANG



KARTINI DAN KIYAI SOLEH DARAT SEMARANG




Suatu ketika Kartini berkunjung ke rumah pamannya, seorang Bupati di Demak (Pangeran Ario Hadiningrat) yang sedang mengadakan pengajian, Kartini ikut mendengarkan pengajian tersebut dari balik tabir. Kartini tertarik pada materi pengajian yang disampaikan KH Mohammad Sholeh bin Umar, seorang ulama besar dari Darat,Semarang, yaitu tentang tafsir AL-Fatihah. Selesai pengajian Kartini mendesak pamannya agar bersedia menemani dia untuk menemui Kyai Sholeh Darat.
Inilah dialog antara Kartini dan Kyai Sholeh Darat, yang ditulis oleh Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat :
“ Kyai perkenankanlah saya menanyakan, bagaimana hukumnya apabila seorang yang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?’
Tertegun Kyai Sholeh Darat mendengar pertanyaan  Kartini yang diajukan secara diplomatis itu.
“Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?” 
 
Kyai Sholeh Darat balik bertanya, sambil berfikir kalau saja apa yang dimaksud oleh pertanyaan Kartini pernah terlintas dalam fikirannya.
“Kyai, selama hidupku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama, dan induk Al-Qur’an yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan buatan rasa syukur hati aku kepada ALLAH, namun aku heran tak habis habisnya, mengapa selama ini para ulama kita (ketika itu) melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-Qur’an dalam bahasa jawa. Bukankah Al-Qur’an itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”  
 
Setelah pertemuannya dengan Kartini, Kyai sholeh Darat tergugah untuk menerjemahkan Al-Qur’an kedalam bahasa jawa walaupun dilarang oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada hari pernikahan Kartini, Kyai Sholeh Darat menghadiahkan kepadanya terjemahan Al-Qur’an  Faizhur Rohman Fit Tafsiril Qur’an  jilid pertama yang terdiri dari 13 juz, mulai dari surat Al-Fatihah sampai dengan surat Ibrahim. Mulailah Kartini mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya.bahkan judul buku “Habis Gelap Terbitlah Terang (Door Duisternis tot licht), diambil dari surat Al-Baqarah ayat 257 bahwa ALLAH lah yang telah membimbing orang orang beriman dari gelap kepada cahaya (minazh zhulumati ilannuur). Pada hakekatnya, R.A Kartini lah Inspirator penerjemahan Al-Qur’an di Indonesia.
135 tahun sudah, nama Kartini hadir di dunia ini. Sejak dilahirkan pada 21 April 1879 di Jepara Jawa Tengah. Aura beliau menembus dunia. Buku Door Duisternis tot Licht (1911) yang merupakan kumpulan tulisan Kartini yang ditujukan kepada Eselle Zeehandelaar atau Stella dan keluarga Abendanon pada awal tahun 1900, ternyata telah mampu menarik perhatian dunia Internasional. Buku tersebut telah diterjemahkan dalam pelbagai bahasa, antara lain di Atlantic Montly (New York 1919-1920) Java et Ses Habitants (Paris 1914) dan dalam bahasa Arab oleh Aleyeh Thouk. Bahkan dalam jurnalnya Mr. J.J Abendanon menyebutkan bahwa tulisan Kartini telah mengilhami bangkitnya emansipasi wanita Syiria. Di Indonesia pada tahun 1922 Balai pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran,   yang merupakan terjemahan oleh empat saudara. Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang sastrawan pujangga baru.
Menarik untuk kita kaji, apa sebenarnya yang menjadi essensi dari hari Kartini, apa yang istimewa dari seorang wanita pingitan yang nota bene hampir tidak pernah meninggalkan rumahnya, bahkan dalam usia 25 tahun, usia yang relative muda beliau telah meninggalkan kita untuk selama lamanya pada saat melahirkan putra beliau, ketika melaksanakan salah satu peran domestiknya.
Pertama
Kecintaan beliau terhadap ilmu pengetahuan
Beliau selalu membaca dan menulis dan belajar berbagai ilmu pengetahuan, belajar bahasa Belanda, pengetahuan social, belajar tentang kewanitaan, tentang kemajuan wanita eropa, maupun belajar tentang ilmu agama.
Kedua
Kecintaan beliau terhadap kemajuan bangsa dan negaranya teutama pendidikan kaum putri dI Indonesia. Tertulis dalam surat- suratnya : “Alangkah besar bedanya bagi masyarakat Indonesia bila kaum perempuan di didik baik baik. Dan untuk keperluan perempuan itu sendiri, berharaplah kami dengan harapan yang sangat supaya disediakan pelajaran dan pendidikan, karena inilah yang akan membawa bahagia baginya “
(suratnya kepada Nyonya Van Kool, Agustus 1901)
Ketiga.
Pemikirannya selalu kritis dan inspiratif. Kartini selalu kritis sekaligus mampu menginspirasi orang lain untuk melakukan sesuatu yang membawa perbaikan bagi masyarakat Indonesia. Kartini pernah memberikan kritik dan saran yang jelas kepada kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda terhadap bangsa Indonesia. Dengan nota yang berjudul : “Berilah Pendidikan kepada Bangsa Jawa”. Kartini mengajukan kritik dan saran hampIr kepada semua Departemen Pemerintah Hindia Belanda, kecuali departemen Angkatan Laut (Marine).


Ke Empat.
Ketidak pedulian beliau terhadap pangkat / derajat keduniawian.
“Bagi saya hanya ada dua macam keningratan : keningratan fikiran dan keningratan budi. Tidak ada yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya daripada melihat orang yang membanggakan asal keturunannya. Apakah berarti sudah beramal soleh, orang yang bergelar Graaf atau Baron? Tidak dapat dimengerti oleh fikiranku yang picik ini”.
(surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899)
Kelima
Penguasaan beliau terhadap ilmu komunikasi. Kartini telah mampu menempatkan kemampuan berbahasa Belandanya pada fungsinya, baik fungsi interaksi untuk berbagai gagasan dan emosi yang dapat mengundang simpati dan pengertian dari orang lain. Ataupun fungsi bahasa untuk mnetransmisikan informasi yang lintas waktu dengan menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa depan yang memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.
Terlepas dari pro-kontra tentang status kepahlawanan R A Kartini, patutlah kita sebagai bangsa Indonesia meneladani pemikiran-pemikiran Ibu RA Kartini. Bagaimana seorang wanita jawa yang dipingit, dikungkung oleh aturan adat yang kaku, melalui pemikiran kritis dan inspiratif yang dituangkan dalam tulisan yang sarat dengan aura keikhlasannya, mampu memperjuangkan kemajuan bangsanya. Mampu menembus dunia internasional. Mampu mempengaruhi pemikiran bangsa penjajah untuk lebih memperhatikan kesejahteraan bangsa Indonesia. Perjuangan tanpa harus memanggul senjata, perjuangan dari dalam kamar pingitan dan perjuangan yang tidak menimbulkan korban.*

** penulis adalah Pengurus KAHMI Banyuwangi, pendiri dan pengasuh pusat pendidikan CERDAS dan PAUD CERDAS Banyuwangi.

Lihat pula kisah para Srikandi Indonesia, diantaranya disini: http://miwitihombo.blogspot.com/search/label/LAKSAMANA%20%28WANITA%29%20%20MALAHAYATI