MA'HAD ISLAM TERPADU AL- KHAIRIYYAH, SEKOLAH DAN PONDOK PESANTREN.....................DENGAN MOTTO: BERILMU AMALIYAH - BERAMAL ILMIYAH - MENJAGA UKHUWWAH ...........................YAYASAN MIT ALKHAIRIYYAH KARAWANG MENERIMA SEGALA BENTUK DONASI YANG HALAL DAN TIDAK MENGIKAT; MELALUI BANK JABAR . No. Rekening : 0014732411100 atas nama : Pondok Pesantren Al-Khairiyyah Karawang...........................Facebook: khaeruddin khasbullah.....

SEPUTAR AL-KHAIRIYYAH (facebook:: https://www.facebook.com/khaeruddin.khasbullah)

Selasa, 23 Agustus 2011

@ ZUHUD DAN PENGERTIANNYA MENURUT SYAR'I

ZUHUD DAN PENGERTIANNYA MENURUT SYAR'I
Oleh:H. Khaeruddin Khasbullah.



Sering kita mendengar seseorang berbicara tentang perilaku ZUHUD, konotasinya seakan- akan seorang yang berperilaku zuhud (ZAHID) adalah seseorang yang berpenampilan sangat- sangat sederhana, kurang tidur, selalu berpuasa disiang hari dan melek dimalam hari, tidak mau bergaul dengan masyarakat kebanyakan bahkan MENGASINGKAN DIRI (UZLAH) dari kegiatan bermasyarakat dan menyembunyikan diri ditempat kontemplasi(Khalwat),menjauhkan diri dari segala sesuatu yang bersifat duniawi dan kebendaan.

Kalau kita bandingkan dengan perilaku Nabi- nabi dan para sahabatnya yang tentunya mereka adalah contoh terbaik dari perilaku zuhud, ternyata tidak sepenuhnya sesuai dengan gambaran diatas.Nabi Sulaiman adalah seorang Zahid, namun singgasana kerajaannya dibuat dari emas berlian dan bertatahkan mutiara. Nabi Yusuf adalah seorang Zahid, namun dia adalah bendahara negara Mesir yang cupak penimbang gandumnya dibuat dari emas. Nabi Muhammad adalah seorang Zahid, namun beliau punya banyak istri, anak dan cucu dan beliau bergaul dengan masyarakat banyak untuk berdakwah. Sahabat Abu Bakar adalah seorang Zahid namun hartanya berlimpah sehingga sanggup menebus Bilal bin Rabah dari tangan Umayyah dengan harga diatas standart, Sahabat Usman adalah seorang Zahid, namun beliau juga kaya raya sehingga sanggup men- infaq- kan 500 kuda perang beserta perlengkapannya tatkala terjadi perang Tabuk.

Maka sejatinya seorang Zahid itu adalah seseorang yang telah sanggup tidak tergantung dari harta benda atau materi yang dimilikinya, walaupun ia adalah seorang yang kaya raya.
Dalam kitab Iiqoodhul Himam fi Syarhil Hikam, Syekh Ajibah Husna menukil sabda Nabi:

ليس الزهد بتحريم الحلال ولا بإضاعة المال إنما الزهد أن تكون بما في يد الله أوثق مما في يدك (صحيفة 101 إيقاظ الهمام في شرح الحكم

"Zuhud itu bukannya mengharamkan sesuatu yang halal, atau menyia- nyiakan harta, sesungguhnya Zuhud itu adalah (keyakinan)bahwa apa yang ada dalam genggaman Allah itu lebih meyakinkan dari segala apa yang dalam genggaman tanganmu"

Maka seorang yang miskin lagi sederhana belumlah tentu dia seorang Zahid bila dalam pikirannya selalu mengutamakan harta benda duniawi dibanding urusan akheratnya, sebaliknya seorang Bussinessman yang keras berusaha mengembangkan usahanya belumlah tentu dia seorang yang rakus, bahkan mungkin ia seorang Zahid sejati bila yang dipikirkannya adalah menggunakan harta benda itu untuk mencari ridho ilahi.

Tatkala Syekh Abdul Qodir Al- Jilani ditanya tentang masalah harta benda duniawi, ia menjawab:

"Keluarkanlah harta duniawi itu dari dalam hatimu, biarkan ia sekedar berada ditanganmu, maka yang demikian itu harta benda dunia tak akan membahayakanmu" (Iiiqoodhul Himam fi Syarhil Hikam 444).

Maka berdasarkan keterangan- keterangan tersebut diatas, menjadi jelas bagi kita bahwa masalah Zuhud adalah masalah hati yang tidak bisa kita lihat dari orang lain dengan melihat seberapa banyak kekayaannya namun dapat kita rasakan dan koreksi bagi diri kita sendiri, apakah kita tergantung terhadap sesuatu yang bersifat materi atau justru kita dapat mengelolanya dengan baik sebagai wasilah untuk mencari ridho Allah.

Sahabat Abu Musa Al- Asy'ari meriwayatkan sebuah hadis Nabi berikut:

لا تسبوا الدنيا فنعم مطية المؤمن عليها يبلغ الخير وبها ينجوا عن الشر سراج المنير جزء 1\434

"Jangan kalian mencerca Materi/ duniawi karena materi/ duniawi itu adalah sebaik- baik prasarana bagi seorang muslim untuk meraih menuju kebaikan, dan dengannya pula seorang mukmin dapat selamat dari keburukan" (Sirojul Munir Juz 1/434).

Maka untuk menjadi Zuhud seseorang tidak harus menjadi miskin atau kelaparan terlebih dulu.
Bahkan kadang kadang seorang yang kenyang perutnya serta bersyukur kepada Allah, atau puas bergaul dengan banyak istri sesuai syariat serta mampu membuktikan syukurnya kepada Allah - nilainya bisa menyamai seorang yang sabar dalam melaksanakan puasa, atau bahkan melebihi seseorang yang membujang demi sepenuhnya mengabdi kepada Allah- sesuai hadist Nabi:

الطاعم الشاكر بمنزلة الصائم الصابر رواه الترمذي وابن ماجه وابن حبان

"Orang yang kenyang makan dan ia mampu bersyukur, itu setara derajatnya dengan seorang yang berpuasa dengan sabar".

Romadhon malam ke 24.

SEGENAP PENGURUS YAYASAN MIT AL- KHAIRIYYAH MENGUCAPKAN:

"TAQOBBALALLOHU MINNA WA MINGKUM. JA'ALANALLOHU WA IYYAAKUM MINAL 'AAIDIIN WAL FAA IZIIN. AMIIN. MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN".

1 komentar: