MA'HAD ISLAM TERPADU AL- KHAIRIYYAH, SEKOLAH DAN PONDOK PESANTREN.....................DENGAN MOTTO: BERILMU AMALIYAH - BERAMAL ILMIYAH - MENJAGA UKHUWWAH ...........................YAYASAN MIT ALKHAIRIYYAH KARAWANG MENERIMA SEGALA BENTUK DONASI YANG HALAL DAN TIDAK MENGIKAT; MELALUI BANK JABAR . No. Rekening : 0014732411100 atas nama : Pondok Pesantren Al-Khairiyyah Karawang...........................Facebook: khaeruddin khasbullah.....

SEPUTAR AL-KHAIRIYYAH (facebook:: https://www.facebook.com/khaeruddin.khasbullah)

Rabu, 30 Januari 2013

AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH



AQIDAH AHLUSSUNNAH AS- SHOHIIHAH


Tulisan yang akan hadir ini sesungguhnya telah familiar dalam ranah pemahaman dan pemikiran pembaca muslim Indonesia. Karena tulisan ini adalah tentang paham (ajaran). Paham dari golongan ulama ahlussunnah wal jamaah yang merupakan formulasi yang telah dirumuskan oleh para ulama-ulama salaf di bidang ilmu ushuluddin (teologi) dengan tujuan untuk mempermudahkan kita para golongan awam dalam memahami dan mengamalkan I’tiqod ahlussunnah wal jamaah seperti yang pernah diamalkan dan dimasyhurkan oleh Al Imam Abu Hasan Al-Asy’ari RA dan Al-Imam Abu Mansur Al Maturidi RA - dibidang ilmu tauhid, sehingga muncul formulasi Aqoid 50 yang berisi tentang keterangan 20 sifat wajib bagi Allah, 20 sifat mukhal bagi Allah dan sifat jaiznya, juga 4 sifat wajib bagi para Rasul dan 4 sifat mukhal bagi para Rasul juga sifat jaiznya. Sehingga kedua Ulama tersebut dikenal sebagai mujtahid mutlak di bidang ilmu ushuluddinMaka kewajiban kita sebagai orang awam adalah untuk taklid dan ittiba' kepada mujtahid mutlaq tersebut. 

Kemudian muncul pula rumusan-rumusan di bidang Tazkiyyatun Nafs / sufi seperti yang dikemukakan oleh Al Imam Abu Qosim Junaid Al Baghdadi dan Al Imam Ghozali   yang dikenal sebagai mujtahid mutlaq di bidang ilmu Tazkiyyatun Nafsi/ Tasawuf sehingga kita mengenal konsep mengembangkan potensi diri positif sifat-sifat mahmudah seperti: zuhud, qona’ah, sabar, tawakkal, mujahadah, ridlo, syukur, ikhlas, khouf, mahabbah, ma’rifat. Juga konsep bagaimana cara mengikis habis potensi diri negatif/ sifat-sifat tercela seperti: hubbudunya, tamak, itba’ul hawa, ujub, riya, takabur, hasud, sum’ah.
Sedangkan yang akan penulis paparkan ini adalah kepercayaan (I’tiqod) para ahlussunnah mengenai Dzatnya Allah SWT yang Maha Suci dan pokok- pokok keimanan lainnya.



MENGENAL ALLAH  (Ma'rifatulloh).

#. Sesungguhnya bahwa hanya Dia Allah adalah Tuhan yang Maha Esa. Tiada sekutu baginya, Maha Dahulu yang tiada permulaannya. Kekal wujudnya yang tiada penghabisan untuk-Nya. Dia adalah Maha Abadi, tiada penghabisannya, Maha Kekal, tiada berke-putus-an sama sekali. Dia tidak akan sirna dan tidak akan lenyap, berkesifatan dengan segala macam sifat keagungan. Tidak akan terkena hukum musnah atau terputus sekalipun dengan berlalunya beberapa masa atau habisnya berbagai-bagai waktu.
#. Bahkan Allah adalah Maha Dahulu dan Maha Akhir. Maha Lahir dan Maha Batin. Dia adalah Maha Mengetahui segala sesuatu. Dia tidak menyamai apapun yang maujud dan tidak suatu maujud pun yang menyamai sifat-Nya. Dia tidak dibatasi oleh setiap penjuru dan arah. Tidak pula dalam kandungan bumi ataupun langit. Dia beristiwa’ dalam arasy sebagaimana keadaan yang difirmankan-Nya sendiri dan dengan pengertian yang dikehendaki-Nya sendiri pula (TAFWIDH ILALLOH). Dia ada di atas ‘arasy dan langit, tetapi juga di atas segala sesuatu walau sampai ke dasar tanah dan di batas bumi dan keatasnya itu tidak menambah jarak dekatnya pada arasy atau langit, sebagaimana tidak menambah jauhnya dari bumi dan tanah.

#. Maka demikianlah. Dia tetap Maha Dekat dengan segala apa yang wujud. Lebih dekat pada hamba-Nya dari pada hamba itu pada urat lehernya sendiri. Sebab kedekatan-Nya itu tidaklah sama halnya dengan pengertian dekatnya segala macam benda, sebagaimana juga Dzatnya itu tidaklah sama dengan dzatnya benda-benda tadi. Dia tidak bertempat di suatu benda dan tidak sesuatu bendapun yang bertempat dalam Dzatnya.
#. Maha suci Allah daripada dilingkungi oleh sesuatu tempat sebagaimana Maha Sucinya daripada dibatasi oleh masa, bahkan dia telah ada sebelum menciptakan zaman dan tempat, berterusan  sampai sekarang inipun masih tetap dalam keadaan sebagaimana dahulunya. Karena itu ketauhilah bahwa adanya Allah tidaklah didahului tidak ada.

#. Di dalam dzatnya dapatlah dia dikenal dengan menggunakan akal pikiran, bahkan dapat dikenal pula dzatnya itu dengan penglihatan orang-orang mukmin (nadlrowi) nanti di perumahan yang kekal (surga).
Hal ini merupakan suatu kenikmatan dari pada-Nya. Serta kasih sayang Nya untuk orang-orang yang berbakti kepada-Nya, juga sebagai penyempurnaan kenikmatan yang dikaruniakan oleh-Nya. Yakni dengan menyaksikan sendiri kepada wajah- Nya yang Maha Mulia.

NAMA- NAMA ALLAH  YANG MULIA
#. Dia adalah Tuhan yang Maha Luhur, Maha Hidup, Maha Memaksa, Maha Pemberi Balasan, yang tidak akan dihinggapi sifat keteledoran serta kelemahan tidak pula terkena kantuk dan tidur, juga tidak dihinggapi sifat rusak atau mati. Dia adalah Maha satu dan Maha Suci dari persifatan baru. Maha Esa dalam mengadakan dan membentuk. Dia adalah Maha Mengetahui segala sesuatu yang dimaklumi. Meliputi segala hal atau peristiwa yang terjadi, mulai dari dasar tanah sampai puncak langit, tidak terhalang untuk dilihatnya sekalipun seberat debu yang ada di bumi ataupun dilangit, bahkan Dia dapat mengetahui geraknya seekor semut hitam di waktu malam yang kelam yang berjalan diatas batu licin yang berwarna hitam pula. Dia mengetahui pula bagaimana geraknya sebutir debu di tengah-tengah cakrawala ini. Dia maha mengetahui segala yang di rahasiakan atau yang disembunyikan. Diketahuinya pula apa-apa yang terlintas dalam kalbu, apa-apa yang tergerak dalam ingatan ataupun rahasia yang ditutup-tutup semuanya itu dimaklumi - Nya dengan sifat ilmunya yang dahulu dan sejak zaman azali. Sifat yang demikian ini telah dimiliki oleh - Nya sedari azalinya zaman azali yang dahulu sekali.
#. Allah adalah Maha Menghendaki pada semua yang maujud ini, Maha Pengatur segala yang terjadi, maka tidak sesuatupun yang berlaku dalam kerajaan-Nya dan pemerintahannya. Melainkan semuanya itu pasti dengan sebab sudah ditetapkan dengan qodlo dan takdir-Nya dengan kebijaksanaan dan kemauan-Nya oleh sebab itu, apa saja yang dikehendaki tentu terlaksana dan apa yang tidak dikehendaki tentu tidak dapat terlaksana dan hal ini tidak ada yang dapat menghalangi keputusan yang ditetapkan oleh-Nya. Tidak suatu mahlukpun yang dapat menyalahkan hukumNya.
#. Allah adalah Maha Mendengar dan melihat tidak satupun yang terhalang dari pendengaranNya sesuatu yang terdengar-sekalipun amat halusnya tidak pula satupun yang terhalang dari penglihatannya, sesuatu yang terlihat. Sekalipun amat kecilnya. Pendengarannya tidak tertutup karena jauh dan penglihatannya tidak tertolak karena gelap. Pendengaran serta penglihatannya itu tidaklah menyamai dengan pendengaran atau penglihatan yang dimiliki oleh seluruh mahluk, sebagaimana Dzatnya yang tidak menyamai dzatnya mahluk manapun.
#. Allah adalah Maha Berfirman, pemberi perintah dan larangan, pemberi janji dan ancaman. Al Qur’an, taurat, injil dan zabur adalah kitab-kitab yang diturunkan oleh-Nya kepada Rasul-rasul-Nya alaihimus shalatu wassalam. Dengan cara berfirman yang itu adalah sifat dzat-Nya dan bukan merupakan sesuatu mahluk dari sekian banyak macam mahluknya ini. Bahwasanya Al Qur’an adalah firman Allah yang bukan mahluk, sebab kalau mahluk tentulah akan rusak dan sirna, bukan pula sifat dari mahluk, sebab kalau demikian tentu punah. Bahwasanya Allah SWT iru Maha Esa, tiada sesuatu dzat yang haq disembah selain dia, tiada sesuatu yang maujud selain dia, kecuali pasti terjadinya itu dengan perbuatannya juga sebagai luapan dari keadilannya yang terbentuk atas dasar sebagus-bagusnya, sesempurna-sempurnanya.
#. Dia adalah Tuhan yang Maha Bijaksana dalam segala perbuatannya. Maha Adil dalam segala keputusannya, maka dari itu semua yang selain Allah, baik yang berupa manusia, jin atau malaikat. Yang berupa langit, bumi, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda padat yang dapat dilihat atau yang dapat dirasakan. Semua itu adalah benda-benda baru yang diciptakan oleh-Nya dengan kekuasaan-Nya, yakni: yang dahulu tidak ada, kemudian dijadikan ada, ditumbuhkan dari yang asalnya belum maujud lalu menjadi maujud, sebab sejak zaman azali yang Maha Ada itu hanyalah Allah sendiri dan tidak ada yang lainnya.

ALLAH PENCIPTA ALAM SEMESTA
#. Maka Allah mengadakan dan menciptakan mahluk sesudah itu, sebagai tanda dan bukti kekuasaan-Nya, juga untuk merealisasikan segala sesuatu yang telah dikehendaki oleh-Nya lebih dahulu, juga karena sebagai kebenaran kalimat-Nya di zaman azali itu, segala sesuatunya itu diciptakan, bukan sebab Allah membutuhkan atau berhajat padanya. Dia memberikan keutamaan pada mahluk yang Ia ciptakan serta membebaninya, ini bukannya sebab Allah berkewajiban demikian. Juga Allah senantiasa mengaruniai kenikmatan dan kebaikan dan ini bukan keharusan Allah untuk berbuat demikian. Bagi Allah adalah keutamaan dan kebaikan, kenikmatan dan karunia.

ALLAH MENGUTUS PARA NABI SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG- NYA.
#. Allah azza wajalla memberi pahala kepada hamba-hambanya yang mukmin sebab kebaktiannya dan ada pemberian pahala ini adalah atas dasar kedermawanan, kemuliaan dan telah dijanjikan. Bukan sekali-kali karena dasar Allah berkewajiban melakukan hal itu, sebab tidak ada seseorangpun yang dapat mewajibkan sesuatu padanya itu untuk dilakukan dan tidak tergambar sedikitpun suatu penganiayaan yang datang dari pada-Nya. Demikian pula tidak ada suatu hakpun yang merupakan kewajiban untuknya terhadap seseorang, sebab haknya untuk ditaati adalah merupakan kewajiban atas segenap mahluk kewajiban ini disampaikan dengan penjelasan para nabinya alaihumussalam, bukan hanya sekedar dengan kemauan akal pikiran belaka. Untuk urusan ini Allah sengaja mengutus para Rasul dan ditampakkan bukti kebenaran mereka dengan memberikan berbagai macam mukjizat yang nyata. Para Rasul itulah yang menyampaikan pada umatnya apa-apa yang menjadi perintah Allah, larangan-Nya, janji serta ancaman-Nya. Oleh karena itu, semua mahluk wajib membenarkan apa saja yang mereka (rasul) bawa dan mereka ketengahkan itu.

NABI MUHAMMAD S.A.W.
#. Bahwasannya Allah Ta’ala telah mengutus seorang Nabi yang ummi, tidak pandai membaca dan menulis, dari keturunan Quraisy, yakni Sayyiduna Muhammad SAW dengan membawa risalah Tuhan kepada seluruh umat dari golongan bangsa arab ataupun yang lainnya dari golongan bangsa jin dan manusia Allah telah menutup kerasulan dan kenabian itu dengan mengutus beliau SAW itu. Jadi beliau S.A.W adalah Rasul yang terakhir sekali, sebagai seorang pemberi kabar gembira dan ancaman, pengajak ke jalan dan agama Allah dengan izinnya dan juga sebagai pelita yang memberi cahaya. Allah menurunkan kitab suci yang penuh nikmat itu kepada rasul-Nya yang terakhir itu. Dengan kitab itulah Allah menjelaskan agamanya yang lurus, menunjukkan jalannya yang lurus dan mewajibkan segenap mahluknya untuk mempercayai segala isi berita yang termuat didalamnya.

HARI QIYAMAT
#. Ahlussunnah mempercayai pula bahwasanya hari kiamat itu pasti datang dan tiada perlu dibimbangkan lagi dan bahwasanya Allah akan menghidupkan segala sesuatu yang telah mati pada hari itu dan semuanya akan kembali sebagaimana keadannya semula. Allah telah membuat surga lalu disediakan sebagai perumahan kekal untuk segala orang yang dikasihinya dan mereka ini nanti akan diberi kemuliaan di dalam surga itu dengan karunia yang terbesar yakni dapat melihat kepada wajah Nya yang Maha Mulia, selain itu Allah juga membuat neraka lalu disediakan sebagai perumahan kekal untuk orang yang kafir kepada-Nya bersikap melawan serta membantah ayat-ayat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan golongan orang yang sedemikian itu tertutup dari karunia dapat melihat wajahNya yang Maha Mulia itu.

MENJAGA PERSATUAN
#. Kita tidak boleh mengkafirkan seorangpun dari golongan ahli kiblat (muslim) hanya karena kita melihat seseorang telah berbuat dosa semacam berzina, mencuri atau minum khamr, juga tidak boleh kita menempatkan seorang baik dari golongan ahli tauhid atau yang berpegang teguh pada keimanan, bahwa ia PASTI akan naik surga atau seseorang PASTI masuk neraka, kecuali jikalau oleh Rasulullah SAW benar-benar telah di NASH/dijelaskan bahwa ia pasti dimasukkan surga merekapun mendapat surga pula, atau di Nash masuk neraka seperti Abu Lahab, maka iapun pasti masuk neraka. Kita harus takut dan kasihan sekiranya mereka itu akan disiksa dalam neraka. Kita boleh mengatakan bahwasanya Allah ta’ala akan mengeluarkan beberapa orang dari neraka sesudah mereka itu hangus terbakar, yakni dengan syafaatnya Rasulullah, yakni Ba'dal Hisab (setelah selesai segala perhitungan) mereka akan masuk sorga, karena mereka masih memiliki kadar keimanan pada Allah dan Rasul-Nya meski seberat biji Atom.

SIKSA KUBUR
#. Kitapun beriman kepada siksa kubur dan bahwasannya Allah akan menghentikan segenap hamba-Nya di suatu tempat perhentian (mahsyar) lalu memperhitungkan amalan orang-orang mukmin dll. Kita hendaknya mencintai kaum salaf, sebab mereka telah di pilih oleh Allah SWT untuk menjadi sahabat Nabi SAW. Kita hendaknya memuji kepada beliau-beliau itu sebagaimana Allah SWT memujinya dan kitapun hendaknya mencintai beliau itu untuk seluruhnya.

EMPAT SAHABAT NABI SEBAGAI KHULAFA' URROSYIDIN
#. Kita harus mengatakan bahwa pemimpin yang termulia sesudah Rasulullah SAW adalah Sayyidina Abu Bakar Ash-Siddiq RA. Dan bahwasanya Allah telah memuliakan agama ini dengannya. Mengunggulkannya dari orang-orang murtad. Sahabat Abu Bakar Ash-Siddiq dikemukakan oleh seluruh umat Islam dalam jabatan kepemimpinan, sebagaimana Rasulullah SAW sendiri mengemukakannya untuk menjadi imam dalam shalat di waktu beliau SAW sakit. Kaum muslimin menamakannya khalifah atau pengganti Rasulullah, kemudian Sayyidina Umar bin Khattab RA dan selanjutnya Sayyidina Utsman bin Affan, RA. Sesungguhnya orang-orang yang membunuh sahabat Utsman bin Affan atas dasar penganiayaan dan kedurhakaan. Setelah wafatnya maka menjadi khalifah adalah Sayyidina Ali bin Abi Tholib, RA. Keempat kholifah itulah yang benar-benar merupakan imam-imam sepeninggal Rasulullah SAW dan kekhalifahan mereka adalah pengganti kenubuwatan.

MENCINTAI SELURUH SAHABAT NABI
#. Kitapun mencintai sahabat Rasulullah yang lain dan tidak perlu kiranya kita mengutak-atik perselisihan yang pernah terjadi di antara mereka itu, selain itu segala sesuatu yang kita perselisihkan wajiblah kita kembalikan dan kita selidiki sesuai dengan Kitabullah Al Qur’an, Sunah Rasulullah SAW, juga ijma’ atau kesepakatan kaum muslimin serta yang semakna dengan itu.

MENJAGA DIRI DARI BID'AH

Kita tidak boleh mengadakan sesuatu dalam urusan agama kita yakni hal-hal yang kita tidak diizinkan mengadakannya, juga tidak boleh mengucapkan atas nama Allah itu sesuatu yang kita tidak mengetahuinya, kita juga mengetahui bahwa bersedekah untuk kaum muslimin yang telah meninggal dunia ataupun mendoakan kepada mereka itu adalah bermanfaat sekali dan bahwasanya Allah akan memberi kemanfaatan kepada mereka itu dengan sebab sedekah atau doa yang kita lakukan. Kita dapat mengatakan bahwa kaum sholihin dapat memperoleh kekhususan dari Allah SWT dengan tanda-tanda yang diperlihatkan oleh-Nya untuk mereka itu (sebagaimana para pemuda ashabul kahfi, dll).
Wallahu a’lam bisshowab. (Tag: Tauhid/ Aqidah)
Oleh: Mufid Bani Adam
Penggiat Thoriqot Al-Dusuqiyah. Kepala Madrasah Diniyah Al- Huda Menjangan Bojong Pekalongan
Diambil dari kitab: Mauidhotul Mukminin
Lil Allamah Assyaikh Muhammad Jamaluddin Al Qasim Addimsyaqy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar