MA'HAD ISLAM TERPADU AL- KHAIRIYYAH, SEKOLAH DAN PONDOK PESANTREN.....................DENGAN MOTTO: BERILMU AMALIYAH - BERAMAL ILMIYAH - MENJAGA UKHUWWAH ...........................YAYASAN MIT ALKHAIRIYYAH KARAWANG MENERIMA SEGALA BENTUK DONASI YANG HALAL DAN TIDAK MENGIKAT; MELALUI BANK JABAR . No. Rekening : 0014732411100 atas nama : Pondok Pesantren Al-Khairiyyah Karawang...........................Facebook: khaeruddin khasbullah.....

SEPUTAR AL-KHAIRIYYAH (facebook:: https://www.facebook.com/khaeruddin.khasbullah)

Kamis, 24 Oktober 2013

TAHUN ALIF, BETULKAH TAHUN ANGKER?

TAHUN ALIF, BETULKAH TAHUN ANGKER?


Assalamualaikum ustad, sebelumnya saya mohon maaf, saya mau nanya, tahun 2014 adalah tahun Alif, menurut cerita orang tua didaerah saya, sragen. Jateng. Katanya tidak boleh mempunyai hajat dan tidak boleh membangun/mendirikan rumah, sedangkan rencana saya mau mendirikan rumah tahun 2014, mohon pencerahannya ustad, terimakasih
Wassalamualaikum ustad
Dari: Arraisy Puan Kusuma
Jawaban:
Wa alaikumus salam
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Perlu diketahui bahwa dalam system penanggalan Jawa yang diciptakan oleh Sultan Agung Hanyokro Kusumo dari Mataram untuk menggantikan penanggalan Hindu/ Budha/ Saka. Dibuatlah penanggalan Qomariyah dengan nama- nama bulan mendekati nama bulan- bulan hijriyah dengan  periode per 8 tahunan (windu) x 4  berjumlah 32 tahun untuk menentukan tahun Kabisat dan Basitot, dimana tahun EHE, Dal dan JIM AKHIR bernilai 355 hari sedangkan tahun lainnya bernilai 354 hari, dimulai saat ditetapkan yakni pada tahun 1625 Masehi, dengan tahun pertama disebut tahun ALIF, kemudian (E)HE, JIM AWAL, JE, DAL, BE, WAWU dan JIM AKHIR, total 32 tahun. Maka tahun ALIF, HE, .. dan seterusnya ditetapkan secara matematic (mathematical Calender), hanya dikenal didaerah kekuasaan Mataram saat itu dan sama sekali tidak dikenal didaerah lain, karena hanya berlaku didaerah kekuasaan Mataram, dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah Nasib atau Untung seseorang, ataupun dengan masalah musibah ataupun kecelakaan.(admin)

Tidak ada manusia yang lebih penakut melebihi orang musyrik. Hampir semua sudut kehidupannya tidak lepas dari ancaman. Semua ruang gerak hidupnya menjadi sangat sempit karena dipenuhi dengan pantangan dan ancaman. Semakin musyrik, semakin penuh dengan aturan yang mengikat. Mereka istilahkan dengan kualat (terkena kutukan).
Seolah semua peluang untuk menuju masa depan yang cerah menjadi sangat sulit dan penuh dengan aral rintangan.
  • Nikah beda suku, dilarang karena bisa kualat
  • Nikah antara anak ketiga dan pertama, dilarang karena mengancam nyawa
  • Weton tidak sesuai, tidak boleh jodoh. Ancaman keluarga cerai
  • Hajatan di bulan suro (Asyuro), mengancam rumah tangga
  • Arah rumah calon pasangan tidak matching, tidak boleh nikah
  • Melakukan kegiatan di hari geblak (hari kematian), penyebab celaka
Dan masih ada segudang aturan lain yang mereka buat sendiri, untuk mempersempit hidup mereka sendiri. Termasuk kasus yang disampaikan, tahun alif, tahun na-as yang penuh dengan intrik dan kualat. Hingga menjadi pantangan untuk melakukan hajatan.
Semua doktrin di atas, dikembangkan untuk menciptakan suasana ketergantungan. Semakin banyak aturan yang mengekang seseorang, dia semakin sering resah, gelisah, sehingga semakin tertanam rasa ketergantungan. Dan dakwah menuju kesyirikan dengan doktrin semacam ini, sudah ada sejak zaman kaum musyrikin jahiliyah. Bahkan alat yang mereka gunakan untuk mengancam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum muslimin adalah ancaman kutukan. Allah berfirman,
أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِنْ دُونِهِ
”Bukankah Allah mencukupi hamba-hamba-Nya (dengan melindungi mereka). Sementara mereka menakut-nakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah.” (QS. Az-Zumar: 36).
Dengan cara ini, para pembesar agama kesyirikan bisa mengikat kepercayaan masyarakat. Dan tehnik inilah yang digunakan oleh dukun untuk mengikat para pasiennya. Hampir setiap praktek perdukunan yang ada di alam ini, pasti akan menyampaikan PANTANGAN. Setiap pasien diberi banyak aturan, agar membuat dirinya semakin tergantung pada mbah dukun.
Untuk melawan ancaman-ancaman kualat itu, Allah ajarkan kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum muslimin untuk menjadi hamba yang tawakkal dan pasrah kepada-Nya. Pada ayat di atas, Allah awali dengan ajaran untuk bertawakal kepada-Nya. Allah mengajarkan satu prinsip agar orang bisa menjadi bertawakal, “ Bukankah Allah mencukupi hamba-hamba-Nya (dengan melindungi mereka)…”
Allah menanamkan keyakinan pada diri setiap hamba, bahwa Allah-lah satu-satunya yang memberi kecukupan bagi semua hamba-Nya. Kecukupan dalam rizki, kecukupan perlindungan dan keamanan, dst. Dengan prinsip ini, sehebat apapun usaha tipuan pembesar kesyirikan atau dukun dalam menakut-nakuti anda, tidak akan membuat anda gentar dengan omongannya. Dengan prinsip ini pula, sehebat apapun pengaruh orang untuk menakut-nakuti anda dengan kualat dan kualat, tidak akan membuat anda bergeming. Karena anda adalah orang yang tawakal. Pasrah kepada Allah, Dzat yang mengatur alam semesta.

Hukum Percaya Tahun Alif

Melihat namanya, terkesan ini islami, tahun alif. Ada huruf alif di sana. Tapi, mohon anda tidak tertipu. Karena yang berbau tulisan arab, tidak mesti sesuai ajaran islam. Karena islam tidak pernah mengenal tahun alif.
Dalam kajian masalah aqidah, berkeyakinan sial karena peristiwa tertentu atau hari tertentu disebut thiyarah atau tathayur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut perbuatan ini sebagai kesyirikan. Dalam hadis dari sahabat Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، ثَلَاثًا
“Thiyarah itu syirik…, Thiyarah itu syirik…, (diulang 3 kali)” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah, dan yang lainnya. Syuaib Al-Arnauth mengatakan, Sanadnya shahih).

Melawan Thiyaroh

Thiyaroh merupakan keyakinan peninggalan masyarakat jahiliyah masa silam. Bagi masyarakat jahiliyah, bulan syawal adalah bulan pantangan untuk menikah. Karena itu, untuk melawan keyakinan ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi sebagian istrinya di bulan syawal. Beliau ingin buktikan bahwa pernikahan bulan syawal tidak memberi dampak buruk apapun bagi keluarga. Aisyah radhiallahu ‘anha mengisahkan;
تزوجني رسول الله صلى الله عليه و سلم في شوال وبنى بي في شوال فأي نساء رسول الله صلى الله عليه و سلم كان أحظى عنده منى ؟ قال وكانت عائشة تستحب أن تدخل نساءها في شوال
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku di bulan Syawal, dan mengadakan malam pertama denganku di bulan Syawal. Manakah istri beliau yang lebih mendapatkan perhatian beliau selain aku?” Salah seorang perawi mengatakan, “Aisyah menyukai jika suami melakukan malam pertama di bulan Syawal.” (HR. Muslim, An-Nasa’i, dan yang lain)
Berdasarkan hadis ini, sebagian ulama menganjurkan agar menikah atau melakukan malam pertama di bulan Syawal. Sementara ulama lainnya mengatakan, semacam ini dikembalikan pada tujuan dakwah. A’isyah menyatakan demikian sebagai bentuk tantangan kepada keyakinan masyarakat jahiliyah bahwa nikah di bulan syawal tidak akan bahagia dan beakhir dengan perceraian. Namun A’isyah meyakinkan, dirinya wanita paling bahagia, padahal beliau menikah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan syawal.
Imam Nawawi menjelaskan,
وقصدت عائشة بهذا الكلام رد ما كانت الجاهلية عليه وما يتخيله بعض العوام اليوم من كراهة التزوج والتزويج والدخول في شوال وهذا باطل لا أصل له وهو من آثار الجاهلية كانوا يتطيرون بذلك
“Tujuan Aisyah mengatakan demikian adalah sebagai bantahan terhadap keyakinan jahiliah dan khurafat yang beredar di kalangan masyarakat awam pada waktu itu, bahwa dimakruhkan menikah atau melakukan malam pertama di bulan Syawal. Ini adalah keyakinan yang salah, yang tidak memiliki landasan. Bahkan, keyakinan ini merupakan peninggalan masyarkat jahiliah yang meyakini adanya kesialan menikah di bulan Syawal.” (Syarh Shahih Muslim, 9/209).
Kembali pada tahun alif, sebagai mukmin yang sadar akan bahaya keyakinan thiyaroh, sudah saatnya doktrin semacam ini kita lawan. Sampaikan kepada orang tua yang kolotan dengan ajaran nenek moyang, keyakinan ini termasuk aqidah menyimpang dan membahayakan. Lawan dengan tawakkal kepada Allah, dan lanjutkan setiap agenda yang telah direncanakan. Tanamkan keyakinan bahwa semua hari, bulan, pekan, dan tahun kita adalah berkah, selama tidak melanggar aturan syariat.
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembinawww.KonsultasiSyariah.com)
dengan beberapa tambahan dari ADMIN

2 komentar:

  1. Iya, saya juga bingung kenapa banyak orang masih percaya hal berbau musyrik seperti ini ya. Tetapi, di India dan tradisi hindu, tanggal-tanggal sial itu sangat berpengaruh lho, Pak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini tidak lepas dari pengaruh Hindu Budha yang cukup mengakar di Indonesia, dan pada awalnya tidak langsung di sentuh oleh para penganjur Islam di Indonesia. Kondisi umat Islam sampai pada abad ke 17 yang secara umumnya dominant abangan (sekular) yang tidak mengenal syari’at Islam dengan benar sesuai pernyataan peneliti Belanda, C. Poensen, bahwa umat Islam saat itu tidak mengenal Islam kecuali hanya tentang khitan, puasa dan larangan makan daging babi (Brieven Over Der Islam Uit De Binnen Landen Van Java, Leiden Brill 1886. Kita bersyukur bahwa dengan berkembang suburnya lembaga- lembaga pendidikan Islam, hal- hal demikian dapat dikikis tahap demi tahap.
      Saya yakin, pelurusan akidah seperti ini masih akan menjadi pekerjaan rumah kita sampai 100 tahun kedepan, mudah- mudahan bisa lebih cepat.

      Hapus