MA'HAD ISLAM TERPADU AL- KHAIRIYYAH, SEKOLAH DAN PONDOK PESANTREN.....................DENGAN MOTTO: BERILMU AMALIYAH - BERAMAL ILMIYAH - MENJAGA UKHUWWAH ...........................YAYASAN MIT ALKHAIRIYYAH KARAWANG MENERIMA SEGALA BENTUK DONASI YANG HALAL DAN TIDAK MENGIKAT; MELALUI BANK JABAR . No. Rekening : 0014732411100 atas nama : Pondok Pesantren Al-Khairiyyah Karawang...........................Facebook: khaeruddin khasbullah.....

SEPUTAR AL-KHAIRIYYAH (facebook:: https://www.facebook.com/khaeruddin.khasbullah)

Minggu, 07 April 2013

ANTARA PREMANISME DAN HAM


Oleh: H.Khaeruddin Khasbullah.


Sekitar 50 orang yang menamakan diri Pemuda Yogyakarta Antipremanisme menggelar aksi simpatik di Tugu Pal Putih, Yogyakarta, menolak aksi premanisme.

Mereka berorasi menolak premanisme dan mengumpulkan koin solidaritas untuk Serka Heru Santoso dan Sertu Sriyono yang menjadi korban tindakan premanisme. Koin hasil aksi yang digelar pada Minggu (7/4), akan diserahkan kepada keluarga mendiang anggota TNI tersebut.

Usai melakukan orasi dan mengumpulkan koin solidaritas, mereka berjalan menuju gedung DPRD Provinsi DI Yogyakarta. Foto mendiang Serka Heru Santoso kemudian diletakkan di dekat patung Jendral Sudirman di halaman gedung DPRD DIY sambil menyanyikan lagu kebangsaan dan memanjatkan doa untuk mendiang dan keamanan Yogyakarta.

Hutomo, selaku koordinator aksi menyatakan, aksi tersebut merupakan bentuk rasa kebersamaan dan solidaritas menyatakan menentang segala bentuk aksi premanisme.
"Kami berterima kasih kepada TNI yang secara langsung atau tidak langsung telah membuat Yogyakarta aman dan bersih dari kekuasaan preman," ungkapnya. Demikian metrotvnews melaporkan.

Kegiatan yang diselenggarakan para pemuda tersebut  merupakan  kegiatan aksi  yang mengungkapkan sikap nurani mereka yang selama ini terpendam  menyusul  timbulnya kejadian- kejadian yang menggemparkan Jogya beberapa saat yang lalu, dan juga merupakan ungkapan isi hati masyarakat masyarakat Indonesia pada umumnya.

Diawali dengan terbunuhnya  Serka Heru Santoso dan sertu Sriyono sebagai korban premanisme. Para preman pembunuh itupun kemudian ditangkap dan di tahan untuk menunggu proses peradilan.  Oleh suatu kelompok penyerang terlatih yang menyerbu LP Cebongan, para preman yang sedang dalam tahanan tersebut pun di eksekusi dan terbunuh. Masyarakat Indonesia tersentak dan terbelah. Antara mereka- mereka yang menganggap serangan tersebut telah melanggar nilai- nilai Hak Azasi Manusia, dan diantara mereka yang diam- diam bersyukur bahwa Street Justice telah ditegakkan. 

Dalam Negara yang menjunjung tinggi demokrasi seperti Indonesia yang juga menjunjung tinggi nilai- nilai AZAS PRADUGA TAK BERSALAH, seorang tersangka belum boleh dianggap bersalah bila kesalahannya belum dapat dibuktikan di pengadilan. Apalagi mengeksekusi mereka dalam keadaan berada didalam sebuah lembaga Negara (Lembaga Pemasyarakatan) yang notabene merupakan symbol- symbol sebuah negara. Menyerang LP sama saja dengan menyerang symbol Negara dan berarti telah berani melawan Negara.

Dilain pihak, kerap kali hukum di Indonesia bengkok di tengah jalan, membuat masyarakat tak puas dan tak sepenuhnya percaya pada hukum yang terbukti beberapa kali dapat dibeli. Sehingga dikhawatirkan para preman pembunuh itu kemudian dihukum ringan bahkan dibebaskan. Betapa tidak, preman- preman itu nanti sekeluar dari penjara akan dengan gagahnya berkata: “Ini lho, aku! Pernah membunuh Kopassus!”.  Preman seperti ini potential akan menjadi “Hercules- Hercules  baru” yang makin menjadikan Indonesia seperti Mexico atau Italia yang dikuasai orang Sicilia.

Kini kita sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki sikap mendua, di satu sisi kita menghujat penyerbuan pasukan terlatih tersebut yang nyata- nyata melanggar nilai- nilai Human Right, disisi lain masyarakat ingin Indonesia bebas dari segala bentuk premanisme yang pekerjaannya selalu melanggar HAM namun ketika mendapat masalah selalu berlindung dibalik payung HAM, sehingga kini masyarakat mengungkapkan isi hatinya dan bersyukur atas terbunuhnya para preman tersebut dan mengungkapkannya dengan mengumpulkan koin tanda simpati kepada anggota TNI korban premanisme tersebut. Jadi anda berada dimana?

Lihat Juga: Republika Senin, 8- April- 2013, halaman 11 dengan judul: Semiliar Koin untuk Serka Heru.

(Tag: Akhlak/ Opini)

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. seharusnya cafe cafe yang ada diseluruh indonesia juga harus dapat sorotan, jangan mementingkan saja berapa uang yang masuk pada kas negara berupa pajak atau apapun juga bentuknya bilamana keamanan tempat tersebut tidak bisa dipertanggung jawabkan, mengingat kejadian tersebut terjadi disalah satu cafe yaitu hugo cafe,...efek miras atau narkoba jg harus diperhitungkan ditempat2 tersebut,...dan yg jadi pertanyaan saya jg kenapa anggota Kopassus ada ditempat itu dalam rangka kepentingan apa? (wrong time n' wrong place).......wallahuallam bishawab.

    BalasHapus
  3. Kata bang Yos, (Sutiyoso, mantan Gubernur DKI sekaligus mantan Wa Danjen Kopassus), prajurit Kopassus itu ada yang bertugas sebagai prajurit sandhiyudha (sandi = screet, yudha = war), semacam reserse kalau di kepolisian. Mereka memang tugasnya keluyuran dan membaur dengan masyarakat umum, khususnya di cafe- cafe untuk memonitor detak langkah kehidupan masyarakat dan mengumpulkan data sebanyak- banyaknya untuk keamanan negara.
    Saya sangat setuju dengan pendapat bang Isa.

    BalasHapus