MA'HAD ISLAM TERPADU AL- KHAIRIYYAH, SEKOLAH DAN PONDOK PESANTREN.....................DENGAN MOTTO: BERILMU AMALIYAH - BERAMAL ILMIYAH - MENJAGA UKHUWWAH ...........................YAYASAN MIT ALKHAIRIYYAH KARAWANG MENERIMA SEGALA BENTUK DONASI YANG HALAL DAN TIDAK MENGIKAT; MELALUI BANK JABAR . No. Rekening : 0014732411100 atas nama : Pondok Pesantren Al-Khairiyyah Karawang...........................Facebook: khaeruddin khasbullah.....

SEPUTAR AL-KHAIRIYYAH (facebook:: https://www.facebook.com/khaeruddin.khasbullah)

Rabu, 13 Februari 2013

WASKITA - PURBASANGKA DAN FIRASAT


WASKITA - PURBASANGKA  DAN FIRASAT

Oleh: H.Khaeruddin Khasbullah, dari kitab Ar- Ruh, karya Ibnul Qoyyim Al- Jauzy.*)



FIRASAT DAN PRASANGKA (DZON)

Kita harus membedakan antara firasat dan purbasangka/prasangka (dhon). Prasangka bisa salah dan juga bisa benar, terjadi karena kegelapan dan cahaya dihati yang diwarnai kekotoran hati (Ron) dan juga kebersihannya. Karena itu Allah memerintahkan agar menjauhi banyak dugaan dan prasangka dan mengabarkan bahwa sebagian besar prasangka dan dugaan itu adalah dosa sebagaimana termaktub dalam Surat Al- Hujuroot:


“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.(Al- Hujurot 12).

 Sebaliknya Allah memuji orang yang memiliki firasat, sebagaimana firman Nya:


“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda- tanda (kekuasaan kami) bagi orang yang memperhatikan tanda- tanda (firasat).( Al- Hijr: 75).

Ibnu Abbas RA dan para sahabat lainnya berkata:

“Orang yang memperhatikan tanda- tanda maksudnya adalah orang yang berfirasat” (Tanwierul Miqbas fi Tafsiiri Ibni Abbas Surat Al- Hijr 75).

Allah juga berfirman:

(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui. (Al- Baqoroh: 273)


“Dan jika kami menghendaki, niscaya kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar- benar dapat mengenali mereka dengan tanda- tandanya. Dan kamu benar- benar dapat mengenali mereka dari kiasan- kiasan perkataan mereka” (Muhammad: 30).

Firasat yang benar adalah milik orang yang berhati bersih dan suci dari berbagai kotoran batin, dan kedekatannya dengan Allah (dengan amaliyah ikhlas). Dia melihat dengan cahaya Allah yang dimasukkan- Nya kedalam hatinya.

Didalam sebuah hadist riwayat Imam Tirmidzi dan lainnya disebutkan dari hadist Abu Sa’id Al- Hudhry, dia berkata: “Takutlah kalian akan firasat orang Mukmin, karena dia memandang dengan cahaya Allah”.

 Firasat ini muncul karena kedekatan seorang hamba dengan Allah. Jika hati sudah dekat dengan Allah, maka penghalang- penghalang keburukan akan terputus darinya yang tadinya menghalanginya untuk mengetahui dan mengenali kebenaran. Apa yang didapatkannya itu berasal dari misykat yang ada disisi Allah yang intensitasnya tergantung dari nilai kedekatannya dengan Allah. Allah akan memancarkan cahaya-Nya kepada hambanya tergantung dari tingkat kedekatannya itu. Dia melihat dalam cahaya itu apa yang tidak dilihat orang dari kejauhan dan terhalang pula (oleh aneka dosa). Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist Qudsi yang berderajat shohih bersumber dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, sesuai apa yang diriwayatkan dari Allah SWT:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلاَ يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيْذَنَّهُ
[رواه البخاري]

“Barang siapa memusuhi para kekasih-Ku, maka Aku nyatakan perang kepada mereka. Tidaklah hamba- hamba-Ku mendekat kepada-Ku seperti dengan (amaliyah) apa yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku senantiasa mendekat kepada-Ku dengan amal- amal sunah (naafilah) sehingga Aku pun mencintainya. Jika Aku telah mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, Aku menjadi penglihatannya yang ia gunakan ketika ia melihat, menjadi tangannya yang dengannya ia memegang, menjadi kakinya ketika ia berjalan. Ketika ia memohon pasti Aku kabulkan dan ketika ia meminta perlindungan pasti Aku Lindungi”. (H.R. Bukhory. Arba’in An- Nawawiyah hadist ke 38).

Allah mengabarkan bahwa kedekatan hamba kepada-Nya menimbulkan kecintaan Allah kepadanya. Jika Allah mencintainya, maka Dia dekat dengan pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya, lalu diapun mendengar, melihat, memegang dan berjalan dengan Allah. Hatinya menjadi seperti cermin yang bening, yang menghadirkan berbagai gambaran hakikat, persis seperti apa adanya, sehingga hampir- hampir firasatnya tidak meleset.

Sesungguhnya jika seorang hamba melihat dengan Allah, maka dia dapat melihat sesuatu menurut apa adanya. Jika dia mendengar dengan Allah, maka dia dapat mendengar apa adanya. Yang demikian itu bukan dari ilmu gaib! (فإن العبد إذا أبصر بالله أبصر الأمر على ما هو عليه, فإذا سمع بالله سمعه على ما هو عليه, وليس هذا من علم الغيب ......الروح . ٢٣٣ )                                        
Tapi hakikatnya adalah Dzat yang Maha Mengetahui Hal- Hal Gaib, yang menyusupkan hakikat kebenaran didalam hati hamba yang dekat dengan-Nya dan mendapat cahaya-Nya yang tidak dipengaruhi oleh gambaran- gambaran kebatilan, hayalan dan berbagai bisikan yang justru menghalanginya untuk mendapatkan gambaran hakikat. Jika hati sudah dikuasai cahaya ini maka cahaya itu akan menjalar keseluruh tubuh, dari hati cepat mengalir ke mata, lalu mata penglihatannya dapat menyingkap segala sesuatu berdasarkan cahaya ilahiyah itu (dalam bahasa Jawa disebut: Waskita).

FIRASAT TERTINGGI = MUKJIZAT UNTUK NABI.

Rasululloh SAW dapat melihat para sahabat yang berada dibelakang beliau ketika beliau sholat berjama’ah, sebagaimana beliau dapat melihat mereka ketika mereka berada dihadapan beliau (hadist shohih). Beliau dapat melihat Baitul Makdis (beserta jumlah tiyang- tiyangnya) didepan mata meskipun beliau ketika itu sedang berada di Mekah. Beliau dapat melihat istana- istana di Syam, pintu- pintu gerbang Shan’a di Yaman dan kota- kota Kisra di Persia, padahal waktu itu beliau berada di Madinah sedang menggali parit untuk persiapan Perang Khondaq. Beliau dapat melihat para wakil beliau yang mendapat musibah di Mu’tah, padahal beliau berada di Madinah. Beliau juga dapat melihat Kaisar Najasyi di Ethiopia, ketika Najasyi meninggal dunia, padahal beliau berada di Madinah (yang jaraknya ribuan kilometer dan beliau saat itu juga mengumumkan wafatnya Najasyi kepada umat), lalu beliau pergi ketempat sholat lalu melakukan sholat gaib terhadap Najasyi.

FIRASAT UNTUK PARA SAHABAT DAN TABI’IN.

Umar bin Khottob dapat melihat pasukannya di Nahawand, Persia yang saat itu sedang bertempur melawan tentara Parsi. Ketika itu beliau sedang berkhotbah di Madinah, ribuan kilometer dari Persia. Tiba- tiba dia berteriak: ”Hai Pasukan muslimin, Mundur ke gunung!”. (Teriakannya pun didengar oleh pasukannya yang sedang berada di Persia, sehingga selamat dari tusukan musuh dari arah belakang, dan akhirnya kaum muslimin menang).
……………..To be continued/bersambung………….(Tag:Akidah)

Ibnul Qoyyim Al- Jauzy: Ar- Ruh, Sohifah: 232 ~ 233.



-----------------------
*)Ibnu (Qoyyim)  Al- Aljauzy (1292 ~ 1350) adalah salah seorang diantara para murid Syekh Ibnu Taimiyah yang terpandai. Dia adalah guru dari Ibnu Katsier (1301 ~ 1372), penulis Tafsir Ibnu Katsier yang terkenal itu. 

2 komentar:

  1. Mohon cepat ada kelanjutannya karena artikelnya
    sangat menarik untuk dicermati dan dijadikan
    pelajaran untuk bagaimana mempertajam firasat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insyaalloh. Terimakasih atas kunjungan anda dan teman- teman.

      Hapus