MA'HAD ISLAM TERPADU AL- KHAIRIYYAH, SEKOLAH DAN PONDOK PESANTREN.....................DENGAN MOTTO: BERILMU AMALIYAH - BERAMAL ILMIYAH - MENJAGA UKHUWWAH ...........................YAYASAN MIT ALKHAIRIYYAH KARAWANG MENERIMA SEGALA BENTUK DONASI YANG HALAL DAN TIDAK MENGIKAT; MELALUI BANK JABAR . No. Rekening : 0014732411100 atas nama : Pondok Pesantren Al-Khairiyyah Karawang...........................Facebook: khaeruddin khasbullah.....

SEPUTAR AL-KHAIRIYYAH (facebook:: https://www.facebook.com/khaeruddin.khasbullah)

Kamis, 28 April 2011

@ CARA MEMAHAMI AYAT-AYAT MUSYTABIHAT BAGI ASY'ARY SALAF & KHOLAF SERTA BAGI SALAFY IBNU TAIMIYYAH

Tafwidh adalah Aqidah Kaum Salaf Sebagaimana Kata Para Ulama dan Hasan Al Banna.

Oleh: Farid Nu'man dengan sedikit penambahan dari ADMIN MIT ALKHAIRIYYAH

Syaikh Hasan Al Banna mengatakan bahwa kaum salaf melakukan TAFWIDH terhadap Asma was Sifat, bukan dengan cara ITSBAT. Salahkah pernyataan ini?

Perlu diketahui apakah makna Tafwidh dan makna Itsbat.

TAFWIDH artinya MENYERAHKAN MAKNA SUATU LAFADH/ AYAT ALQUR'AN SEPENUHNYA KEPADA MAKSUD YANG MENFIRMANKANNYA, YAKNI KEPADA ALLAH swt, TANPA KOMENTAR APAPUN (DIAM)



ITSBAT artinya MEMAHAMI APA ADANYA TEKS YANG TERDAPAT DALAM LAFADH ALQUR'AN.

TA'WIL artinya MEMAHAMI SUATU LAFADH/ AYAT sesuai KONTEKS ayat tersebut.

Misalnya ayat: "TANGAN Allah berada diatas tangan- tangan mereka"

Asy'ary Salaf menyerahkan maksud ayat tersebut kepada Allah tanpa membahas lebih lanjut,

Kaum Salafiyyun/ Ibnu Taimiyyah memahami secara ITSBAT, artinya: benar- benar Allah memiliki Tangan.... Subhanalloh. Pemahaman cara begini sangat dekat dengan cara pemahaman kaum Musyabbihah/ Mujassimah.

Asy'ary Kholaf memahami lafadh TANGAN ALLAH sesuai konteks ayat tersebut, maksudnya:
"KEKUASAAN ALLAH mengungguli KEKUASAAN MEREKA"

Sebagian orang yang sering menyebut dirinya sebagai kaum salafy mencela Syaikh Al Banna karena Syekh Al- Banna menyatakan bahwa kaum salafus sholeh itu memahami maksud lafadh/ ayat Al-Qur'an secara Tafwidh - bukan dengan cara Itsbat.

Maka merekapun kaum salafiyyun mncela Syaikh Al Banna tanpa ampun dan menyebutnya dengan yang tidak-tidak, sesat, dan lain-lain.



Al Ustadz Hasan Al Banna Rahimahullah berkata ketika mengunggulkan madzhab salaf tentang masalah sifat-sifat Allah Ta’ala, mengatakan:

ونحن نعتقد أن رأي السلف من السكوت وتفويض علم هذه المعاني إلى الله تبارك وتعالى أسلم وأولى بالاتباع ، حسما لمادة التأويل والتعطيل ، فإن كنت ممن أسعده الله بطمأنينة الإيمان ، وأثلج صدره ببرد اليقين ، فلا تعدل به بديلا

“Kami meyakini bahwa pendapat salaf yakni diam dan menyerahkan ilmu makna-makna ini kepada Allah Ta’ala adalah lebih selamat dan lebih utama untuk diikuti, dengan memangkas habis takwil dan ta’thil (pengingkaran), maka jika Anda adalah termasuk orang yang telah Allah bahagiakan dengan ketenangan iman, dan disejukkan dadanya dengan salju embun keyakinan, maka janganlah mencari gantinya (salaf).” (Al Imam Asy Syahid Hasan Al Banna, Majmu Ar Rasail, Hal. 368. Al Maktabah At Taufiqiyah)


Tafwidh (bersikap diam dan menyerahkan makna sifat Allah Ta’ala kepada Allah), itulah permasalahan yang membuatnya di serang oleh kaum salafiyyin. Tafwidhul ilmi atau ma’na, ini perlu didiskusikan; salahkah itu? Benarkah para ulama salaf tidak melakukannya? Benarkah hal itu tercela, sebagaimana pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –semoga Allah meridhainya dan mesucikan ruhnya. Atau jangan-jangan tafwidh adalah memang madzhab salaf yang sesungguhnya? Atau paling tidak itulah yang masyhur?

Yang jelas, pendapat siapapun selama bukan pendapat Rasulullah ‘Alaihi Shalatu wa Salam, bisa kita terima atau kita tolak. Perlu diketahui, tidak semua ulama setuju dengan pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, lantaran serangannya terhadap tafwidh ini akhirnya ada ulama yang mengkritiknya dengan buku berjudul Ibnu Taimiyah Laisa Salafiyyan yang dikarang oleh Syaikh Manshur Muhamamd al Uwais. Dengan dalil-dalil naqli dia menjelaskan bahwa kaum salaf bukanlah tatsbit sebagaimana yang difahaminya, tetapi tafwidh.

Setelah saya renungkan, bisa jadi ini hanyalah perbedaan tafsir dari kalangan ulama setelah masa salaf, terhadap sikap salafush shalih ketika memahami sifat-sifat Allah Ta’ala. Sebagian kalangan menyebut bahwa kaum salaf itu itsbat, namun kalangan lain menyebutnya tafwidh.

Kita akan lihat kebenaran sikap Syaikh Hasan al Banna tentang masalah ini, bahwa Salafus Shalih itu tafwidh (sebenarnya beliau tidak mutlak mengatakan demikian, sebab di halaman lain dari tulisannya, dia juga menyebut bahwa kaum salaf itu itsbat). Berikut akan saya tunjukkan sikap para Imam lain yang ternyata memiliki pandangan yang sama dengan Syaikh Hasan al Banna Rahimahullah.

Sikap Imam Al Alusi

Ketika menafsirkan Surat Al An’am ayat 158:

أَوْ يَأْتِىَ بَعْضُ ءايات رَبّكَ

“Atau Kedatangan sebagian ayat Tuhanmu”

Berkata Imam Al Alusi dalam tafsir Ruhul Ma’ani:

وأنت تعلم أن المشهور من مذهب السلف عدم تأويل مثل ذلك بتقدير مضاف ونحوه بل تفويض المراد منه إلى اللطيف الخبير مع الجزم بعدم إرادة الظاهر

“Engkau telah mengetahui, bahwa yang masyhur dari madzhab salaf adalah meniadakan takwil seperti itu, dengan cara menambahkan atau lainnya, tetapi (mereka) tafwidh (menyerahkan) maksudnya kepada Al Lathiful Khabir (maksudnya Allah Ta’ala) beserta meyakininya dengan tanpa mengkehendakinya secara literal.” (Ruhul Ma’ani, Juz. 6, Hal. 80. Al Maktabah Asy Syamilah)

Begitu pula ketika menafsiri Al A’raf ayat 54:

ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

“Kemudian Allah bersemayam di atas ‘Arys”

Berkata Imam Al Alusi:

وأنت تعلم أن المشهور من مذهب السلف في مثل ذلك تفويض المراد منه إلى الله تعالى

“Engkau telah mengetahui, bahwa yang masyhur dari madzhab salaf dalam hal seperti ini adalah tafwidh (menyerahkan) maksudnya kepada Allah Ta’ala.” (Ibid, Juz. 6, hal. 196)

Jelas-jelas Imam Al Alusi menyebut bahwa madzhab salaf itu tafwidh bahkan itulah yang masyhur.

Dalam tafsir surat Yunus ayat 1:

الر تِلْكَ آَيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ

“Alim lam ra, inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmah”

Berkata Imam Al Alusi:

وأنت تعلم أن المشهور عن السلف تفويض معنى { الر } وأمثاله إلى الله تعالى

“Engkau telah mengetahui bahwa yang masyhur dari salaf adalah tafwidh (menyerahkan) makna dari Alif lam ra dan yang sepertinya, kepada Allah Ta’ala.” (Ibid, Juz. 7, Hal 419)

Imam Al Alusi juga berkata:

وكان شيخنا العلامة علاء الدين يقول : ما عليه المفوضة تأويل واحد وما عليه المؤولة تأويلان ، ولعله راجع إلى ما سمعت

Syaikh kami Al ‘Allamah ‘Alauddin berkata: “Apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang yang tafwidh adalah satu takwil, dan yang dilakukan orang-orang yang melakukan takwil adalah dua takwil. Ini berdasarkan hal yang saya dengar.” (Ibid, Juz. 12, Hal. 104)

Dalam Ruhul Ma’ani juga disebutkan:

قال اللقاني : أجمع الخلف ويعبر عنهم بالمؤولة والسلف ويعبر عنهم بالمفوضة على تنزيهه تعالى عن المعنى المحال الذي دل عليه الظاهر وعلى تأويله وإخراجه عن ظاهره المحال وعلى الإيمان به بأنه من عند الله تعالى جاء به رسول الله صلى الله عليه وسلم وإنما اختلفوا في تعيين محمل له معنى صحيح وعدم تعيينه بنا

“Al Laqqani berkata, “Kaum khalaf -sering disebut orang-orang yang melakukan takwil- dan kaum salaf- sering disebut sebagai orang yang melakukan tafwidh- telah sepakat untuk mensucikan Allah dari lafaz literal yang mustahil bagi Allah, menakwil dan mengeluarkan dari lafaz literal yang mustahil, serta mengimani bahwa hl itu adalah dari Allah yang diturunkan kepada Rasulullah. Mereka hanya berbeda dalam menentukan atau tidak menentukan mana yang benar. “ (Ruhul Ma’ani, Juz. 12, Hal. 103)


Sikap Imam An Naisaburi

Berkata Imam An Naisaburi dalam tafsirnya ketika menafsiri Al Maidah ayat 64:

وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ

“Dan orang Yahudi berkata: tangan Allah terbelenggu ..”

وكان طريقة السلف الإيمان بها وأنها من عند الله ثم تفويض معرفتها إلى الله

“Adalah metode kaum salaf mereka mengimaninya, bahwa itu dari sisi Allah, kemudian tafwidh (menyerahkan) pengetahuan tentangnya kepada Allah.” (Tafsir An Naisaburi, Juz. 3, Hal. 186. Al Maktabah Asy Syamilah)

Masih dalam kitab yang sama, ketika menafsirkan surat Asy Syura ayat 1-2:

حم (1) عسق (2)

Imam An Naisaburi berkata:

والأولى تفويض علمها إلى الله كسائر الفواتح .

“Dan Yang paling utama adalah tafwidh (menyerahkan) ilmunya kepada Allah sebagaimana seluruh pembukaan lannya.” (Ibid, Juz. 6, hal. 459)


Sikap Adz Dzahabi

فقولنا في ذلك وبابه: الاقرار، والامرار، وتفويض معناه إلى قائله الصادق المعصوم

Adapun pendapat kami dalam bab ini adalah mengakui, membiarkan, dan menyerahkan (tafwidh) maknanya kepada pengucapnya yang benar dan ma’shum (Ibid)

Ini jelas-jelas Imam Adz Dzahabi melakukan Tafwidhul Ma’na, padahal dia murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

Sikap Syaikh Abu Bakar al Jaza’iri

Dalam Aysar at Tafasir, berkata tentang tafsir surat Hud ayat 1 yang berbunyi Alif Lam Ra ..

قوله تعالى { آلر } هذا الحرف مما هو متشابه ويحسن تفويض معناه إلى الله فيقال : الله أعلم بمراده بذلك

“Firman Allah Ta’ala (ALif Lam Ra), huruf –huruf ini termasuk ayat mutasyabih, dan yang baik adalah menyerahkan (tafwidh) maknanya kepada Allah, dikatakan: ‘Hanya Allah yang tahu maksudnya.” (Aysar at Tafasir, Juz. 2, Hal. 156)

Syaikh Abdullah bin Abdul Muhsin at Turki

Beliau berkata:

فإِنَّ أحدًا لا يعرفُ كيفيةَ ما أخبر الله به عن نفسه ، ولا يقف على كنه ذاته وصفاته غيره ، وهذا هو الذي يجبُ تفويضُ العلم فيه إِلى الله عزَّ وجلَ

“Maka, sesungguhnya tak ada satu pun manusia yang mengetahui bagaimana caranya, tentang apa-apa yang Allah kabarkan tentang diriNya, dan tidak ada yang mengerti asalNya, DzatNya, SifatNya, selain diriNya, dan yang demikian itulah yang diwajibkan untuk menyerahkan (tafwidh) ilmu tentang hal itu kepada Allah ‘Azza wa Jalla.” (Mujmal I’tiqad A’immah As Salaf, Hal. 141. Al Maktabah Asy Syamilah)

Jadi, tidak benar dan melampaui batas, jika Syaikh Hasan al Banna dicela dari sisi ini, sebab apa yang dikatakannya bahwa salaf itu tafwidh (sekalipun tafwidhul ma’na) adalah benar adanya, bahkan kata Imam Al Alusi itulah yang masyhur dari salaf.

1 komentar:

  1. Mudah2an kita senantiasa terhindar dari sifat saling mencela..apalagi saling menjudge sesat satu sama lainnya...

    BalasHapus