MA'HAD ISLAM TERPADU AL- KHAIRIYYAH, SEKOLAH DAN PONDOK PESANTREN.....................DENGAN MOTTO: BERILMU AMALIYAH - BERAMAL ILMIYAH - MENJAGA UKHUWWAH ...........................YAYASAN MIT ALKHAIRIYYAH KARAWANG MENERIMA SEGALA BENTUK DONASI YANG HALAL DAN TIDAK MENGIKAT; MELALUI BANK JABAR . No. Rekening : 0014732411100 atas nama : Pondok Pesantren Al-Khairiyyah Karawang...........................Facebook: khaeruddin khasbullah.....

SEPUTAR AL-KHAIRIYYAH (facebook:: https://www.facebook.com/khaeruddin.khasbullah)

Minggu, 11 Juli 2010

@ RAHASIA KEBAHAGIAAN

Oleh: Bpk Slamet. DKM Mesjid Bumi Karawang Permai



Rahasia kebahagiaan adalah memusatkan perhatian pada kebaikan dalam diri orang lain. Sebab, hidup bagaikan lukisan: Untuk melihat keindahan lukisan yang terbaik sekalipun, lihatlah di bawah sinar yang terang, bukan di tempat yang tertutup dan gelap.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak menghindari kesulitan. Dengan memanjat bukit, bukan meluncurinya, kaki seseorang tumbuh menjadi kuat.



Rahasia kebahagiaan adalah melakukan segala sesuatu bagi orang lain. Air yang tak mengalir tidak berkembang. Namun, air yang mengalir dengan bebas selalu segar dan jernih.

Rahasia kebahagiaan adalah belajar dari orang lain, dan bukan mencoba mengajari mereka. Semakin kita menunjukkan seberapa banyak kita tahu, semakin orang lain akan mencoba menemukan kekurangan dalam pengetahuan kita. Mengapa bebek disebut "bodoh"? Karena terlalu banyak bercuap-cuap.

Rahasia kebahagiaan adalah kebaikan hati: memandang orang lain sebagai anggota keluarga besar kita. Kita semua adalah ciptaan Tuhan yang satu, Alloh azza wajalla.

Rahasia kebahagiaan adalah tertawa bersama orang lain, sebagai sahabat, dan bukan menertawakan mereka, sebagai hakim.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak sombong. Bila kita menganggap mereka penting, kita akan memiliki sahabat ke manapun pergi. Ingatlah bahwa musang yang paling besar akan mengeluarkan bau yang paling menyengat.

Kebahagiaan datang kepada mereka yang memberikan cintanya secara bebas, yang tidak meminta orang lain mencintai mereka terlebih dahulu. Bermurah hatilah seperti mentari yang memancarkan sinarnya tanpa terlebih dahulu bertanya apakah orang-orang patut menerima kehangatannya.

Kebahagiaan berarti menerima apapun yang datang, dan selalu mengatakan kepada diri sendiri "Aku bebas dalam diriku".

Kebahagiaan berarti membuat orang lain bahagia. Padang rumput yang penuh bunga membutuhkan pohon-pohon di sekelilingnya, bukan bangunan-bangunan beton yang kaku. Kelilingilah padang hidup kita dengan kebahagiaan.

Kebahagiaan berasal dari menerima orang lain sebagaimana adanya. Betapa akan membosankan hidup ini jika setiap orang sama. Bukankah taman pun akan tampak janggal bila semua bunganya berwarna ungu?

Rahasia kebahagiaan adalah menjaga agar hati kita terbuka bagi orang lain, dan bagi pengalaman-pengalaman hidup. Hati laksana pintu sebuah rumah. Cahaya matahari hanya dapat masuk bilamana pintu rumah itu terbuka lebar.

Rahasia kebahagiaan adalah memahami bahwa persahabatan jauh lebih berharga daripada barang; lebih berharga daripada mengurusi urusan sendiri; lebih berharga daripada bersikukuh pada kebenaran dalam perkara-perkara yang tidak prinsipiil.


@.SAKIT DAN RAHASIA ANUGERAH ALLAH

Sakit (Marridl) menurut konsep Alquran punya dua dimensi, lahiriah dan bathiniah. Secara penyakit lahiriyah Allah menyinggung dalam firman-Nya: "Tidak ada DOSA atas orang-orang yang buta dan atas orang yang pincang dan atas orang-orang yang sakit (apabila tidak berperang)." (QS. Al Fath:17). Adapun penyebab penyakit lahiriyah ini ialah karena tidak berfungsinya sel, jaringan maupun organ manusia -baik karena aus atau karena kecelakaan--.

Sedangkan berkait dengan sakit dari sisi bathiniayah, Allah berfirman dalam QS. At Taubah:125, "Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan ayat- ayat (Alquran) itu bertambahlah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir."

Sakit bathiniyah ini disebabkan karena tidak berfungsinya hati (qalbun) manusia sebagai lembaga penerima hidayah Allah dalam sistem kejiwaan manusia. Orang sakit hatinya, hidup jauh dari keimanan yang haq, fikir, dan rasanya akan menyeleweng dari tuntutan fitrah. Akibatnya, muncullah kontradiksi dalam hidupnya.

Pada tataran demikian, sakit jenis ini haruslah menjadi momok yang menakutkan bagi kita. Sehingga, kita harus berupaya sungguh-sungguh untuk mencegahnya.

Di sisi lain, pada saat Allah SWT menurunkan ujian suatu penyakit, terkadang manusia tidak bersabar, bersyukur, dan tawakkal dalam menghadapinya. Dan sebagian manusia ketika ditimpa penyakit biasanya jatuh mengeluh. Fisiknya lemas dan tidak bersemangat. Padahal secara psikologis, semakin banyak mengeluh, semakin terasa penderitaannya. Lebih-lebih ketika hati tidak mau menerima musibah ini (baca: pikiran yang tidak terkuasai dengan baik).

Pikiran yang salah itu, salah satunya karena belum paham terhadap hikmah dari penyakit yang menimpanya, sehingga salah dalam menyikapinya. Hasilnya, kita rugi di dunia dan di akhirat (baca: tidak menikmati episode sakit untuk mengharap pahala dari-Nya).

Padahal, kalau sudah tahu ilmunya tentu kita akan menikmati episode sakit ini. Sebuah hadis riwayat Az-zar mengatakan, "Sesungguhnya seorang mukmin tidak boleh takut sakit karena jika tahu manfaat-manfaat sakit, niscaya dia akan menginginkan sakit, bahkan sampai mati."

Sungguh banyak nikmat dari episode sakit ini. Sebuah hadis riwayat Jabir mengatakan, "Sesungguhnya demam itu menghilangkan dosa-dosa anak Adam sebagaimana halnya alat penghembus membantu menghilangkan kotoran dari besi." Abu Hurairah menambahkan, Nabi Saw bersabda, "Jika Allah SWT berkehendak mencurahkan rahmat pada seseorang, maka Dia akan menjadikan orang itu merasakannya (sakit)." (HR. Bukhari).

Betapa nikmatnya, bila kita telah memahami hikmahnya, maka ternyata sakit itu adalah suatu takdir yang sangat menguntungkan karena akan menggugurkan dosa-dosa kita. Bukankah setiap saat kita ketika berdoa selalu merindukan ampunan-Nya? Sakit itulah, salah satu bentuk pengabulan keinginan kita tersebut.

Nabi Saw bersabda, "Ketika seseorang ditimpa penderitaan (sakit), maka Allah mengutus dua orang malaikat kepadanya. Dia berfirman, 'Dengarkanlah apa kata hamba-Ku ketika ditengok orang-orang.' Jika ia megucapkan Alhamdulillah, maka Allah berfirman kepada dua malaikat tersebut. 'Sampaikanlah kepadanya, maka pasti masuk surga, dan jika ia Aku sembuhkan, maka pasti daging dan darahnya diganti dengan yang lebih baik daripada asalnya, serta kujadikan penderitaan (penyakitnya) sebagai penembus dosanya.'" (HR. Al Faqih).

Dalam bagian lain, Rasulullah bersabda, "Rintihan orang yang sakit ditulis sebagai tasbih, jeritannya sebagai tahlil, bernafasnya sebagai sedekah, tidurnya adalah ibadah, dan berbolak-baliknya ketika tidur seperti perang sabil. Dan ditulis pula baginya sebaik-baik amal yang biasanya ia lakukan di waktu sehatnya."

Lebih jauh dari itu, hikmah sakit dapat dijadikan sebagai ladang tafakkur. Dengan sakit, kita dapat terhindar dari kemaksiatan -yang kemungkinan dilakukan jika kita sehat--. Dan kita menginsafi, betapa mahalnya nikmat hidup sehat. Selain itu, sakitpun ternyata menjadi jalan rezeki bagi yang menolongnya, yang sekaligus menjadi ladang amal saleh bila mereka ikhlas.

Jadi, atas dasar itulah, kita hendaknya menikmati episode sakit dalam hidup di dunia ini. Namun demikian, bukan berarti, lantas kita sama sekali mengabaikan ikhtiar mengobati penyakitnya. Rasulullah bersabda, "Berobatlah wahai hamba Allah!" Dalam hadis lain disebutan, "Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obat, dan menjadikan tiap-tiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah!" (HR. Abu Daud).

@ "JANGAN BERBUAT KERUSAKAN DI BUMI"

Islam merupakan agama yang menyeru kepada keadilan dan kedamaian, memerintahkan untuk berbuat baik kepada sesama dan sangat menghargai hak-hak dan nyawa manusia. Islam melarang segala bentuk kekerasan, tindakan ekstrem, anarkis, kriminal, pembunuhan dan tindakan-tindakan buruk lainnya yang dapat merugikan umat manusia. Allah SWT, befirman,
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya” (Al-A’raf: 56)

Dan firman-Nya,

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan” (Al-Hadid: 25)

Bahkan keadilan tersebut harus diterapkan sekalipun terhadap selain kaum muslimin. Tidak ada alasan untuk tidak berbuat adil terhadap mereka, karena adanya perbedaan dan perseteruan. Allah SWT berfirman,

“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa” (Al-Maidah: 8)

Islam merupakan agama yang penuh dengan kasih dan rahmah. Islam sangat membenci dan tidak membenarkan pertumpahan darah terhadap orang-orang yanng tidak bersalah. Firman Allah SWT,

“Dan janganlah membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecualil dengan yang hak” (Al-Isra: 33)

Jangankan nyawa manusia, nyawa binatang pun sangat dihargai di dalam Islam. Bahkan seorang wanita dapat masuk Neraka, hanya karena berbuat buruk kepada seekor kucing dan seorang wanita lainnya, bahkan seorang pelacur, dapat masuk Surga karena berbuat baik kepada seekor anjing. Jika demikian halnya Islam memperlakukan binatang, maka bagaimana pula dengan manusia secara umum dan orang-orang Islam secara husus?

Karena itu, Islam memandang bahwa memelihara kehidupan seseorang berarti memelihara kehidupan seluruh manusia. Sebaliknya, barangsiapa yang membunuh seseorang berarti membunuh seluruh manusia. Firman Allah SWT,

“Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa yang mebunuh seorang manusia bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya” (Al-Maidah: 32)

Dalam hal yang berkaitan dengan pembunuhan orang mukmin secara sengaja, Allah SWT berfirman,

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah Neraka Jahannam, sdang dia kekal di dalamnya, dan Allah murka kepadanya, mengutuknya dan menyediakan adzab yang besar baginya” (An-Nisa’: 93)

Sedang yang berkaitan dengan pembunuhan yang tidak disengaja terhadap orang kafir yangn hidup berdampingan dengan damai atau ada ikatan perjanjian damai dengan kaum muslimin, Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya,

“Dan jika dia (si terbunuh) dari kelompok kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukminn” (An-Nisa’: 93)

Jika pembunuhan terhadap orang kafir dengan kriteria di atas tanpa disengaja, Islam memberikan hukuman dan denda sedemikian beratnya, maka bagaimana pula jika membunuhnya dengan sengaja? Tentu itu merupakan suatu kejahatan dan dosa yang sangat besar dalam pandangan Islam, dan pelakunya mendapatkan hukuman yang sangat berat.

Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa membunuh orang (kafir) yang ada perjanjian (damai antara dia dengan kaum muslimin), niscaya tidak akan mencium harumnya Surga. Dan sungguhnya aroma Surga itu dapat tercium dari jarak empat puluh tahun perjalanan.” (HR. Al-Bukhari)


--
Posting oleh Kang Amet ke kumpulan catatan abdi pada 7/15/2010 09:09:00 AM


@ DUA KALI LANGIT HAMPIR RUNTUH

Paling tidak, ada dua peristiwa yang menyebabkan langit hampir pecah. Pertama, dalam surat Maryam ayat 90-91 disebutkan:

"Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak"

Kedua, al-Qur'an menginformasikan kepada kita peristiwa lain yang juga hampir saja membuat langit pecah, yaitu dalam surat Asy-Syura ayat 5:

"Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Tuhan) dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhannya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Dua peristiwa dengan dua sebab yang berbeda hampir saja menghasilkan kejadian yang luar biasa, yaitu pecahnya langit. Pada persitiwa yang pertama, langit hampir pecah karena kemurkaan Allah SWT. terhadap mereka yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak. Ucapan atau tuduhan itu begitu dahsyat kemungkarannya. Betapa tidak, Allah yang berbeda dengan makhluk manapun itu --"mukhalafatu lil hawadits-- diserupakan dengan manusia (yang mempunyai anak) yang justru diciptakan-Nya untuk beribadah kepada-Nya.

Penyerupaan ini jelas membuat Allah murka!
Peristiwa kedua terjadi justru karena kebesaran Allah. Malaikat pun bertasbih serta memuji Allah dan memohonkan ampunan bagi penduduk bumi. Kebesaran dan keagungan Allah tidak terkira sehingga ketika Dia diminta Nabi Musa menampakkan wujud-Nya, bukit tempat Musa berdiri menjadi hancur dan Musa jatuh pingsan. Kali ini Allah menampakkan kebesaran-Nya pada langit, dan langit yang demikian luas itu hampir pecah karena tak mampu menyaksikan kebesaran dan keagungan Allah.

Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari kisah-kisah di atas?
Seringkali ketika kita berkuasa, kita bertingkah laku hendak menyerupai Allah. Kitalah pemegang nasib bawahan kita. Hanya dengan selembar kertas yang kita tandatangani seorang anak manusia bisa jatuh terduduk atau bisa meloncat-loncat kegirangan. Ketika ada rakyat yang hendak datang ke kantor, kita lempar ia dari satu meja ke meja berikutnya.

Semua kebijakan tergantung petunjuk kita; semua pengacau kekuasaan kita beri hadiah "azab yang pedih" dan nyawa mereka tak ada harganya bagi kita. Senyum kita menjadi tanda tanya; apakah sedang suka atau sedang marah. Bawahan kita sibuk menafsirkan gerak tubuh kita hanya untuk menyelami apakah kita sedang suka atau tengah berduka.

Saya khawatir pada saat kita berprilaku menyerupai kekuasaan Allah maka langit akan pecah karena murka Allah. Bukankah segala bentuk penyerupaan harus ditiadakan; apakah itu berarti memiliki kekuasaan tiada batas, memberi azab ataupun menentukan nyawa orang lain. Segala bentuk kesombongan dan takabur harus dilenyapkan, karena hanya Allah yang berhak untuk takabur (Al-Mutakabbir).

Pertanyaannya, tengoklah diri kita sekarang baik-baik. Yang mana yang kita tunggu? apakah kita menunggu langit hampir pecah karena murka Allah atau karena kebesaran-Nya?


@ RAHASIA DISAIN DAN SULAMAN KEHIDUPAN.

Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang menyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet. Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut ;

"Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara Ibu menyelesaikan sulaman ini; nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan diatas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas."

Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu semrawut menurut pandanganku.Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil;

"Anakku, mari kesini dan duduklah di pangkuan ibu'

Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benang yang ruwet.

Kemudian ibu berkata,"Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa diatas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, ibu hanya mengikutinya. Sekarang dengan melihatnya dari atas, kamu dapat melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan.

Sering selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan bertanya kepada Allah "Allah, apa yang Engkau lakukan ?"

Ia Menjawab; "Aku sedang menyulam kehidupanmu."

Dan aku membantah, "Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah..??"

Kemudian Allah menjawab, "Wahai Hambaku, kamu teruskan pekerjaanmu dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu di bumi ini. Satu saat nanti Aku akan memanggilmu ke Surga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu".

--
Posting oleh Kang Amet ke kumpulan catatan inspiratif pada 6/30/2010 02:07:00 PM

--
Posting oleh Kang Amet ke kumpulan catatan abdi pada 7/20/2010 01:21:00 PM

--
Posting oleh Kang Amet ke kumpulan catatan inspiratif pada 6/30/2010 03:52:00 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar