TAHQIQ –
TARTIIL – TADWIIR – KHADAR
TEMPO DAN RYTHME DALAM MEMBACA AL- QUR’AN.
Oleh: H.
Khaeruddin Khasbulloh.
Dalam membaca Al- Qur’an, kita diperbolehkan untuk memilih
berbagai kecepatan dalam tempo dan ritme membaca Al- Qur’an.
Dalam Ilmu Tajwid, tempo dan ritme kecepatan membaca Al-
Qur’an itu dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:
1- Tahqiq (تحقيق ), secara bahasa artinya yakin, yaitu
membaca dengan tempo lambat dengan tetap memenuhi hak- hak tajwid, termasuk
Mad, Tasydid, I’rob, Makhorijul khuruf dan sifat- sifatnya, sehingga seseorang
dapat menuliskan apa yang ia dengar dari si pembaca.
Bacaan lambat seperti ini sering dipakai ketika mengikuti
Musabaqoh Tilawatil Qur’an.
2- Tartil (ترتيل), secara bahasa artinya adalah rapi,
yakni membaca dengan kecepatan sedang dengan tetap memenuhi hak- hak tajwid,
termasuk Mad, Tasydid, I’rob, Makhorijul khuruf dan sifat- sifatnya. Bacaan
sedang (tartil) ini sering dilakukan oleh seorang Imam ketika memimpin sholat.
Bedakan istilah Tartil dalam makna tingkatan sedang
dalam kecepatan membaca Al- Qur’an ini dengan makna kalimat Tartil
sebagaimana dimaksud dalam ayat Q.S. Al-Muzzammil 73: 4, yang berhubungan
dengan membaguskan bacaan Al- Qur’an.
3- Tadwir (تدوير), secara bahasa artinya berkeliling,
yakni membaca dengan agak cepat, lebih cepat dari bacaan Tartil. tapi lebih
lambat dari bacaan Khadar dengan tetap memenuhi hak- hak tajwid,
termasuk Mad, Tasydid, I’rob, Makhorijul
khuruf dan sifat- sifatnya
Bacaan Tadwir sering dilakukan ketika tadarrus Al- Qur’an
ketika Romadhon.
4- Khadar (حدر), artinya secara bahasa adalah mengelinding.
Yakni bacaan amat cepat dengan tetap memenuhi hak- hak tajwid, termasuk
Mad, Tasydid, I’rob , Makhorijul khuruf dan sifat- sifatnya
Bacaan Khadar sering dipakai oleh para penghafal Al- Qur’an
ketika mereka mengkhatamkan membaca Al- Qur’an kurang lebih dalam satu hari
tammat. Kecepatan rata- rata mereka adalah ¼ jam dalam 1 juz.
Note:
Semua tingkatan kecepatan membaca, baik Tahqiq,Tartil, Tadwir
maupun Khadar harus dilakukan dengan
tartil dan tajwid.
Mad Thobi’i Dalam Aneka Kecepatan.
Mad Thobi’I adalah Mad
yang terjadi jika ada huruf Alif (bedakan dengan hamzah!) yang didahului oleh
huruf berharakat fatkhah, atau ada Ya’ sukun yang didahului huruf berharakat
Kasroh, atau Wawu sukun yang didahului huruf berharakat Dhommah, seperti lafadh
: نوحيها Dibaca panjang 2 (dua) harakat atau 1 (satu)
alif. Panjangnya Mad Thobi’I ini tidak diukur dalam satuan lamanya waktu, baik
dalam menit atau detik, tapi sesuai dengan ritmik gerak nada/ harakat bacaan.
Jika bacaan lambat, maka Mad Thobi’inya sesuai dengan ukuran ritme lambatnya
bacaan tersebut, demikian juga sebaliknya. Jadi ukuran Mad itu bukan panjang bacaan dalam satuan waktu, tapi "tempo ritmik" suatu bacaan. Orang membaca Al- Qur'an dengan sangat lambat atau sangat cepat, ukuran tempo ritmik Mad nya harus sama.
Tentang Mad ini Imam Ibnu Hajar Al- Atsqolany menjelaskan
dalam Fatkhul Bary, Syarah sohih Bukhory, menerangkan bacaan Mad nya Rasululloh
sebagai berikut:
Muslim, Hadist no 4758
عن
انس رضي الله عنه أَنَّهُ سُئِلَ عَنْ قِرَاءَةِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه
وسلم- فَقَالَ: كَانَتْ قِرَاءَتَهُ مَدًّا ثُمَّ قَرَأَ بسم الله الرحمن الرحيم –
يَمُدُّ بِسْم ِاللهِ وَيَمُدُّ الرَّحْمَنِ وَيَمُدُّ الرَّحِيْمِ – رواه مسلم.
(ﺍﻹﺘﻘﺎﻦ
ﻔﻲﻋﻠﻭﻡ ﺍﻠﻘﺭﺃﻦ ﺠﺰﺀ ﺍ ﺺ١٠٧
- تفسير ابن كثير 1- 17)
Dari Qotadah: Sahabat Anas ditanya: Bagaimana
bacaan (Fatikhah) Nabi Muhammad SAW? Anas menjawab:Bacaan beliau itu dengan
Mad. Kemudian Anas membaca بسم الله الرحمن الرحيم , memanjangkan "bismillah"
(…laah), memanjangkan "Ar-Rohman" (…maan) dan memanjangkan " Ar-
Rohim" (…khiim). HR.Muslim.
قوله
باب مد القراءة - المد عند القراءة على ضربين أصلي وهو إشباع الحرف الذي بعده ألف
أو واو أو ياء وغير أصلي وهو ما إذا أعقب الحرف الذي هذه صفته همزة وهو متصل
ومنفصل فالمتصل ما كان من نفس الكلمة والمنفصل ما كان بكلمة أخرى فالأول يؤتى فيه
بالألف والواو والياء ممكنات من غير زيادة والثاني يزاد في تمكين الألف والواو
والياء زيادة على المد الذي لا يمكن النطق بها الا به من غير إسراف والمذهب الاعدل
أنه يمد كل حرف منها ضِعْفَيْ ما كان يمده أولا وقد يزاد على ذلك قليلا وما فرط
فهو غير محمود
Imam Ibnu Hajar berkata: Pernyataan Anas dalam hal
memanjangkan (Mad) bacaan ketika membaca
Al- Qur'an itu ada dua bagian, yaitu: Mad Ashly (Thobi'i), dimana membaca
dengan (tempo) lebih pada sebuah huruf yang setelahnya ada "alif"
atau "Wawu" atau "Ya'". Dan (yang kedua) bukan Mad Ashly
yaitu jika huruf- huruf tersebut menghadapi huruf Hamzah, yang mana terbagi
menjadi Muttashil dan Munfashil............dst. Maka Madzhab yang paling benar,
memanjangkan Mad Ashly itu:
ضِعْفَيْ "dua kali lipat" (tempo)
yang dipakai mengucapkan sebuah huruf, atau sedikit lebih. Jika berlebihan
panjang Mad Ashly nya, maka itu tidak terpuji.
Demikian Syekh Ibnu Hajar dalam Fatkhul Bary pada
kitab Fadhoilul Qur’an bab Maddul Qiro’ah.
Makna Harakat dan Bagaimana Memperkirakan Panjang Mad
(Thobi’i)
Diatas telah disebutkan penjelasan Syekh Ibnu Hajar Al-
Atsqolany bahwa: Maka
Madzhab yang paling benar, memanjangkan Mad Ashly itu: ضِعْفَيْ "dua kali lipat" (tempo) yang dipakai mengucapkan sebuah
huruf, atau sedikit lebih. Jika berlebihan panjang Mad Ashly nya, maka itu
tidak terpuji.
Dalam Ilmu Shorof (perubahan bentuk kata sesuai waktu dan fungsi masing- masing kalimat. Dalam
bahasa Ingris mungkin bisa disamakan dengan Tenses), dikenal Wazan (mode)
bentuk kata kerja lampau (Fi’il Madhi) فعل --------- ف – ع – ل
Kalimat tersebut terdiri dari 3 (tiga) huruf, bila diucapkan
atau diketuk ritme nya akan terjadi 3 (tiga) ketukan atau dapat disebut 3
HARAKAT = 1,5 Alif, ketukan pertama pada huruf Fa (ف), ketukan ke 2 pada huruf ‘A (ع), dan ketukan ketiga pada huruf La (ل).
Sekarang dibayangkan, salah satu dari ‘Ain Fi’il dari lafadh فعل diganti alif dan di ketuk dengan ketukan ritmik:
Bacaan
|
Harakat
ke III
Ketukan
ke 3
|
Harakat
ke II
Ketukan
ke 2
|
Harakat
ke I
Ketukan
ke 1
|
فعل
|
ل
|
ع
|
ف
|
فال
|
ل
|
ا
|
ف
|
فعا - فعى
|
ى / ا
|
ع
|
ف
|
3 حركة
|
·
|
·
|
·
|
Maka bacaan Mad Thobi’I dengan patokan ضِعْفَيْ sesuai keterangan Syekh Ibnu Hajar
diatas, selalu disesuaikan dengan tempo ritme bacaan yang dipakai ketika
membaca untaian kalimat, baik dengan amat lambat seperti Tahqiq, Tartil, Tadwir
atau amat cepat pada bacaan Hadr. Begitu juga dengan Mad yang lain.
Mad pada lafadh “ALLOH”
Syekh Ibnu Hajar Al- Asqolany pada keterangan diatas
memasukkan Mad lafadh “Alloh” pada bagian
Mad Ashly, Ustadz Samih Salim ber argument dengan ini, sehingga jika
lafadh Jalalah ini di waqof, maka akan dibaca dengan Mad Aridh Lis Sukun, dengan
pilihan panjang 1- 2- atau 3 alif, terlepas dari perbedaan ahli bahasa yang
membahas tentang asal muasal lafadh Alloh, apakah ia Isim Jamid (memang aslinya
begitu), atau Isim Musytaq (bentukan dari Fi’il).
Walloohul muwaffiq ilaa aqwamit thoriiq.
Karawang, 23- Muharrom- 1437, al- muwaffiq bi 7- November-
2015.
Sumber:
-
Tafsir Ibnu Katsier.
-
Syekh Ibnu Hajar Al- Atsqolany: Fatkhul Bary Syarah
Sohih Bukhory, kitab Fadhoilil Qur’an, bab Maddul Qiro’ah.
-
Imam As- Suyuthy: Al- Itqon Fii Ulumil Qur’an
-
Syekh Muhammad Makky: Nihayah Lil Qoulil Mufid
-
Makalah: لفظ
الجلالة بين علماء التجويد وأهل اللغة
جمع وترتيب
سامح سالم عبد الحميد
جمع وترتيب
سامح سالم عبد الحميد