PAGI itu, Senin 12 Rabiul Awal 11 H yang bertepatan dengan 8 Juni 632 M,
Rasulullah dengan suara terbata-bata memberikan petuah: “Wahai umatku,
kita semua ada
dalam kekuasaan Allah
dan Cinta Kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah hanya kepada-Nya. Kuwariskan
dua hal pada kalian, Sunnah dan Al-Qur’an. Barang siapa yang mencintai Sunnahku
berarti mencintai aku, dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama
masuk surga bersama aku,".
Khutbah
singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasullah yang teduh menatap
sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca. Umar
dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Ustman menghela nafas panjang
dan Ali menundukan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat
itu telah datang, saatnya sudah tiba “Rasulullah akan meninggalkan kita
semua,” desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu,
hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda
itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang
limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana
sepertinya tengah menahan detik-detik berlalu.
Matahari
kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya,
Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan
membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu
terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam.
“Assalaamu’alaikum… .Bolehkah saya masuk ?” tanyanya.
Tapi
Fatimah tidak mengijinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata
Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani
ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah.
“Siapakah itu, wahai anakku?”
“Tak tahulah aku ayah, sepertinya baru sekali ini aku
melihatnya,” tutur Fatimah lembut.
Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.
Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara,
dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. dialah Malaikat Maut,” kata Rasulullah. Fatimah pun menahan
tangisnya.
Malaikat
Maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut
menyertai. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas
langit untuk menyambut ruh kekasih Allah dan Penghulu dunia ini. (sepertinya
Malaikat Jibril Tidak Sanggup melihat Rasulullah dicabut nyawanya)
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?” Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.
“Pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah menanti
Ruhmu, semua pintu Surga terbuka lebar menanti kedatanganmu” kata Jibril. Tapi itu semua ternyata
tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar kabar ini, Ya Rasulullah?” tanya Jibril lagi.
“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”
“Jangan khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya’,” kata Jibril. Artinya ummat Muhammad Muhammad akan masuk kesurga terlebih dahulu sebelum ummat yang lain.
Detik-detik
semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan Ruh Rasulullah ditarik.
Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini,” ujar Rasulullah mengaduh lirih.
Fatimah
terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan
muka.
“Jijikkah engkau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu, wahai
Jibril?” tanya Rasulullah pada
malaikat pengantar wahyu itu.
“Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direngut ajal,” kata Jibril.
Sebentar
kemudian terdengar Rasulullah memekik karena sakit yang tak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut
ini kepadaku, jangan kepada umatku.”
Badan
Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya
bergetar seakan hendak membisikan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
“Peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah diantaramu”
Di
luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke
bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
“Ummatii. ummatii. ummatii.”.. "Ya rob, kutitipkan ummatku, kutitipkan ummatku, kutitipkan ummatku..."
Rasululloh kemudian juga berbisik saat sakaratul mautnya: "An- Nisa', an- nisa'- an- nisa'", artinya: "Lindungi kaum wanita, lindungi kaum wanita, lindungi kaum wanita..."
‘Aisyah
ra berkata: ”Maka jatuhlah tangan Rasulullah, dan kepala beliau menjadi
berat di atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa beliau telah
wafat.”
“Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam jannah-Ku.”
“Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam jannah-Ku.”
Dia
berkata: ”Aku tidak tahu apa yg harus aku lakukan, tidak ada yg
kuperbuat selain keluar dari kamarku menuju masjid, yg disana ada para sahabat, dan
kukatakan:
”Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah
telah wafat.”
Maka
mengalirlah tangisan di dalam masjid, karena beratnya kabar tersebut, ‘Ustman
bin Affan seperti anak kecil menggerakkan tangannya ke kiri dan ke kanan.
Adapun
Umar bin Khathab berkata: ”Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah meninggal, akan kupotong kepalanya
dengan pedangku, beliau hanya pergi untuk menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa
pergi untuk menemui Rabb-Nya.”
Adapun
orang yg paling tegar adalah Abu Bakar, dia masuk kepada Rasulullah, memeluk
beliau dan berkata: ”Wahai sahabatku, wahai kekasihku, wahai
bapakku.”
Kemudian dia mencium Rasulullah dan berkata: ”Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati.”
Kemudian dia mencium Rasulullah dan berkata: ”Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati.”
Keluarlah
Abu Bakar ra menemui orang-orang dan berkata: ”Barangsiapa menyembah
Muhammad, maka Muhammad sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah
Allah, maka sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan tidak akan mati.”
‘Aisyah
berkata: “Maka akupun keluar dan menangis, aku mencari tempat untuk
menyendiri dan aku menangis sendiri.”
Inna lillahi wainna ilaihi raji’un, telah berpulang ke rahmat Allah manusia yang
paling mulia, manusia yang paling kita cintai pada waktu dhuha ketika memanas
di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat pada usia 63 tahun lebih 4 hari.
Shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi tercinta Rasulullah.
Allahumma shali'alla sayyidina wa mawlana Muhammad....
Allahumma shali'alla sayyidina wa mawlana Muhammad....
Sumber: Syaikh Husain: Pesan- pesan Terakhir Rasululloh Menjelang Wafat.
http://elanamy.wordpress.com/2008/10/27/detik-detik-menjelang-wafatnya-rasulullah-saw/
http://www.atjehcyber.net/2012/12/detik-detik-wafatnya-nabi-muhammad-saw.html
http://elanamy.wordpress.com/2008/10/27/detik-detik-menjelang-wafatnya-rasulullah-saw/
http://www.atjehcyber.net/2012/12/detik-detik-wafatnya-nabi-muhammad-saw.html