FAJAR SHIDDIQ DAN WAKTU ISYA'
Oleh: H. Khaeruddin Khasbullah
Oleh: H. Khaeruddin Khasbullah
Waktu Sholat
Subuh.
Berdasar
hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik,
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – غَزَا خَيْبَرَ ، فَصَلَّيْنَا عِنْدَهَا
صَلاَةَ الْغَدَاةِ بِغَلَسٍ
“Sesungguhnya
Rosulullah shallallahu ‘alaihi was sallam berperang pada perang Khoibar,
maka kami sholat ghodah (fajar) di Khoibar pada saat gholas”[HR. Bukhori No. 371, Muslim No. 1365. ]
“Gholas”
yang dimaksud adalah: Temaram gelap dengan sedikit semburan cahaya fajar.
Allah berfirman: ”Dan makan minumlah kamu hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” (QS Al-Baqarah [2] : 187). Ayat ini menunjukkan bahwa makan minum (sahur) masih boleh hingga jelas/terang (tabayyun) bahwa fajar sudah datang. (Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh Al-Shiyam, hlm. 101; Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, Al-Jami’ li Ahkam Al-Shiyam, hlm. 77; Wahbah Zuhaili, At-Tafsir Al-Munir, 2/153).
Yang dimaksud fajar dalam ayat itu adalah fajar shadiq, bukan fajar kadzib. Dalilnya hadits ‘Aisyah RA, dia berkata,”Janganlah adzan Bilal mencegah dari sahur kamu, karena dia menyerukan adzan pada malam hari. Makan minumlah kamu hingga kamu mendengar adzan Ibnu Ummi Maktum, karena dia tidak menyerukan adzan hingga terbit fajar.” (HR Bukhari, Muslim, Nasa`i, Ahmad, Ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah).
Hadits ini menjelaskan bahwa Bilal mengumandangkan adzan pada malam hari, atau saat terbit fajar kadzib (kurang lebih jam 3.30 malam), yaitu munculnya cahaya putih yang memanjang ke arah atas/langit. Sedang Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan saat terbit fajar shadiq, yaitu munculnya cahaya putih ke arah kanan dan kiri, bukan hanya ke arah atas saja. (Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, ibid., hlm. 82).
Waktu sholat Isya'
Sedangkan waktu Isya' dimulai setelah hilangnya Syafaq Ahmar (awan merah) sebagai tanda bahwa sinar matahari sudah tak mampu menyinari cakrawala kita karena sudah beberapa derajat dibawah ufuk.
Dalil yang menunjukkan awal waktu shalat ‘Isya’ sebagaimana diterangkan dalam hadits shalat Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersama Jibril,
وَصَلَّى بِىَ الْعِشَاءَ حِينَ غَابَ الشَّفَقُ
“Lalu beliau melaksanakan shalat ‘Isya’ bersamaku ketika cahaya merah saat matahari tenggelam hilang.”Yang dimaksud syafaq adalah cahaya merah di ufuk barat saat matahari tenggelam. Syafaq ini adalah cahaya merah sebagaimana dipahami dari sisi makna bahasa, bukan cahaya putih (Lihat Al Iqna’, 1: 199).
Fajar dan Isya' secara astronomi
Pada saat dini hari dimana matahari masih 17-19 derajat dibawah ufuk, langit sudah berpendar terang (twilight). Hal ini di sebabkan sinar matahari dipantulkan dan menyinari udara. Kejadian ini disebut Rembang Pagi atau Fajar. Waktu Shubuh dimulai saat Rembang Pagi sampai terbitnya matahari dari ufuk.
Sore hari
matahari terbenam di ufuk barat. Sampai matahari terbenam sejauh 17-19 derajat
di ufuk barat, langit masih nampak terang dengan warna kemerah-merahan.
Kejadian ini disebut Rembang Petang atau Syafaq Ahmar
sebagai pertanda mulainya Sholat Maghrib sampai warna cahaya merah hilang dari
langit.
Lama
Rembang dari titik terbit atau terbenam tidak sama disemua tempat, tergantung dari posisi matahari pada waktu
itu. Tempat dimana posisi matahari terbit atau terbenam dengan tegak lurus,
lama Rembang adalah 17 derajat, atau sama dengan 17 x 4 menit = 68 menit, atau
1 jam lebih 8 menit Seperti misalnya
terbenam matahari di kota Pontianak pada tanggal 21 Maret.
Di tempat
yang lurus atau naiknya matahari miring, lama Rembang akan lebih dari 68 menit.
(
catatan :1 derajat = 4 menit, satu lingkaran bumi penuh à3600 = 360 x 4 : 60 = 24 jam).
catatan :1 derajat = 4 menit, satu lingkaran bumi penuh à3600 = 360 x 4 : 60 = 24 jam).
|
Gb. Perbedaan Lama Rembang
TABLE
AWAL MASUK FAJAR SHIDDIQ DAN WAKTU ISYA' MENURUT AHLI – AHLI ILMU FALAK DARI
MASA KE MASA
الجدول التالي ملخصا
لأراء الفلكيين أو الموقتين المتقدمين في دخول وقت الفجر والعشاء
Note: 20 menit =
20/4 degree = 5 degree==> 19-5 = 14 degree.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar