Oleh: H.Khaeruddin
Khasbullah.
Sekitar 50 orang yang menamakan
diri Pemuda Yogyakarta Antipremanisme menggelar aksi simpatik di Tugu Pal
Putih, Yogyakarta, menolak aksi premanisme.
Mereka berorasi menolak
premanisme dan mengumpulkan koin solidaritas untuk Serka Heru Santoso dan Sertu
Sriyono yang menjadi korban tindakan premanisme. Koin hasil aksi yang digelar
pada Minggu (7/4), akan diserahkan kepada keluarga mendiang anggota TNI
tersebut.
Usai melakukan orasi dan
mengumpulkan koin solidaritas, mereka berjalan menuju gedung DPRD Provinsi DI
Yogyakarta. Foto mendiang Serka Heru Santoso kemudian diletakkan di dekat
patung Jendral Sudirman di halaman gedung DPRD DIY sambil menyanyikan lagu
kebangsaan dan memanjatkan doa untuk mendiang dan keamanan Yogyakarta.
Hutomo, selaku koordinator aksi
menyatakan, aksi tersebut merupakan bentuk rasa kebersamaan dan solidaritas
menyatakan menentang segala bentuk aksi premanisme.
"Kami berterima kasih kepada
TNI yang secara langsung atau tidak langsung telah membuat Yogyakarta aman dan
bersih dari kekuasaan preman," ungkapnya. Demikian metrotvnews melaporkan.
Kegiatan yang diselenggarakan
para pemuda tersebut merupakan kegiatan aksi yang mengungkapkan sikap nurani mereka yang
selama ini terpendam menyusul timbulnya kejadian- kejadian yang
menggemparkan Jogya beberapa saat yang lalu, dan juga merupakan ungkapan isi
hati masyarakat masyarakat Indonesia pada umumnya.
Diawali dengan terbunuhnya Serka Heru Santoso dan sertu Sriyono sebagai
korban premanisme. Para preman pembunuh itupun kemudian ditangkap dan di tahan
untuk menunggu proses peradilan. Oleh
suatu kelompok penyerang terlatih yang menyerbu LP Cebongan, para
preman yang sedang dalam tahanan tersebut pun di eksekusi dan terbunuh.
Masyarakat Indonesia tersentak dan terbelah. Antara mereka- mereka yang
menganggap serangan tersebut telah melanggar nilai- nilai Hak Azasi Manusia,
dan diantara mereka yang diam- diam bersyukur bahwa Street Justice telah
ditegakkan.
Dalam Negara yang menjunjung tinggi demokrasi seperti Indonesia
yang juga menjunjung tinggi nilai- nilai AZAS PRADUGA TAK BERSALAH, seorang
tersangka belum boleh dianggap bersalah bila kesalahannya belum dapat
dibuktikan di pengadilan. Apalagi mengeksekusi mereka dalam keadaan berada
didalam sebuah lembaga Negara (Lembaga Pemasyarakatan) yang notabene merupakan symbol-
symbol sebuah negara. Menyerang LP sama saja dengan menyerang symbol Negara dan
berarti telah berani melawan Negara.
Dilain pihak, kerap kali hukum di Indonesia
bengkok di tengah jalan, membuat masyarakat tak puas dan tak sepenuhnya percaya
pada hukum yang terbukti beberapa kali dapat dibeli. Sehingga dikhawatirkan
para preman pembunuh itu kemudian dihukum ringan bahkan dibebaskan. Betapa
tidak, preman- preman itu nanti sekeluar dari penjara akan dengan gagahnya
berkata: “Ini lho, aku! Pernah membunuh Kopassus!”. Preman seperti ini potential akan menjadi “Hercules-
Hercules baru” yang makin menjadikan
Indonesia seperti Mexico atau Italia yang dikuasai orang Sicilia.
Kini kita sebagian besar masyarakat
Indonesia memiliki sikap mendua, di satu sisi kita menghujat penyerbuan pasukan
terlatih tersebut yang nyata- nyata melanggar nilai- nilai Human Right, disisi lain
masyarakat ingin Indonesia bebas dari segala bentuk premanisme yang pekerjaannya selalu melanggar HAM namun ketika mendapat masalah selalu berlindung dibalik payung HAM, sehingga kini masyarakat mengungkapkan
isi hatinya dan bersyukur atas terbunuhnya para preman tersebut dan
mengungkapkannya dengan mengumpulkan koin tanda simpati kepada anggota TNI korban premanisme tersebut. Jadi anda berada
dimana?
Lihat Juga: Republika Senin, 8- April- 2013, halaman 11 dengan judul: Semiliar Koin untuk Serka Heru.
(Tag: Akhlak/ Opini)
Lihat Juga: Republika Senin, 8- April- 2013, halaman 11 dengan judul: Semiliar Koin untuk Serka Heru.
(Tag: Akhlak/ Opini)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusseharusnya cafe cafe yang ada diseluruh indonesia juga harus dapat sorotan, jangan mementingkan saja berapa uang yang masuk pada kas negara berupa pajak atau apapun juga bentuknya bilamana keamanan tempat tersebut tidak bisa dipertanggung jawabkan, mengingat kejadian tersebut terjadi disalah satu cafe yaitu hugo cafe,...efek miras atau narkoba jg harus diperhitungkan ditempat2 tersebut,...dan yg jadi pertanyaan saya jg kenapa anggota Kopassus ada ditempat itu dalam rangka kepentingan apa? (wrong time n' wrong place).......wallahuallam bishawab.
BalasHapusKata bang Yos, (Sutiyoso, mantan Gubernur DKI sekaligus mantan Wa Danjen Kopassus), prajurit Kopassus itu ada yang bertugas sebagai prajurit sandhiyudha (sandi = screet, yudha = war), semacam reserse kalau di kepolisian. Mereka memang tugasnya keluyuran dan membaur dengan masyarakat umum, khususnya di cafe- cafe untuk memonitor detak langkah kehidupan masyarakat dan mengumpulkan data sebanyak- banyaknya untuk keamanan negara.
BalasHapusSaya sangat setuju dengan pendapat bang Isa.