WASKITA - PURBASANGKA DAN FIRASAT
Oleh: H.Khaeruddin Khasbullah, dari
kitab Ar- Ruh, karya Ibnul Qoyyim Al- Jauzy.*)
FIRASAT DAN PRASANGKA (DZON)
Kita harus membedakan antara
firasat dan purbasangka/prasangka (dhon). Prasangka bisa salah dan juga bisa benar, terjadi
karena kegelapan dan cahaya dihati yang diwarnai kekotoran hati (Ron) dan juga kebersihannya. Karena itu Allah memerintahkan agar menjauhi banyak dugaan dan prasangka dan
mengabarkan bahwa sebagian besar prasangka dan dugaan itu adalah dosa sebagaimana termaktub
dalam Surat Al- Hujuroot:
“Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan
orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara
kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.(Al- Hujurot 12).
|
Sebaliknya Allah memuji orang yang memiliki
firasat, sebagaimana firman Nya:
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda- tanda
(kekuasaan kami) bagi orang yang memperhatikan tanda- tanda (firasat).( Al-
Hijr: 75).
Ibnu Abbas RA dan para sahabat
lainnya berkata:
“Orang yang memperhatikan tanda-
tanda maksudnya adalah orang yang berfirasat” (Tanwierul Miqbas fi
Tafsiiri Ibni Abbas Surat Al- Hijr 75).
Allah juga berfirman:
(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang
terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi;
orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari
minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak
meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui. (Al- Baqoroh: 273)
“Dan jika kami menghendaki,
niscaya kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar- benar dapat
mengenali mereka dengan tanda- tandanya. Dan kamu benar- benar dapat mengenali
mereka dari kiasan- kiasan perkataan mereka” (Muhammad: 30).
Firasat yang benar adalah milik
orang yang berhati bersih dan suci dari berbagai kotoran batin, dan
kedekatannya dengan Allah (dengan amaliyah ikhlas). Dia melihat dengan cahaya
Allah yang dimasukkan- Nya kedalam hatinya.
Didalam sebuah hadist riwayat
Imam Tirmidzi dan lainnya disebutkan dari hadist Abu Sa’id Al- Hudhry, dia
berkata: “Takutlah kalian akan firasat orang Mukmin, karena dia memandang dengan
cahaya Allah”.
Firasat ini muncul karena kedekatan
seorang hamba dengan Allah. Jika hati sudah dekat dengan Allah, maka
penghalang- penghalang keburukan akan terputus darinya yang tadinya
menghalanginya untuk mengetahui dan mengenali kebenaran. Apa yang didapatkannya
itu berasal dari misykat yang ada disisi Allah yang intensitasnya tergantung
dari nilai kedekatannya dengan Allah. Allah akan memancarkan cahaya-Nya kepada
hambanya tergantung dari tingkat kedekatannya itu. Dia melihat dalam cahaya itu
apa yang tidak dilihat orang dari kejauhan dan terhalang pula (oleh aneka
dosa). Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist Qudsi yang berderajat shohih
bersumber dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, sesuai apa yang diriwayatkan
dari Allah SWT:
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
: إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ
بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا
افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلاَ يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ
بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي
يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ
بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ،
وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيْذَنَّهُ
[رواه البخاري]
“Barang siapa memusuhi para
kekasih-Ku, maka Aku nyatakan perang kepada mereka. Tidaklah hamba- hamba-Ku
mendekat kepada-Ku seperti dengan (amaliyah) apa yang Aku wajibkan kepadanya.
Hamba-Ku senantiasa mendekat kepada-Ku dengan amal- amal sunah (naafilah)
sehingga Aku pun mencintainya. Jika Aku telah mencintainya maka Aku menjadi
pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, Aku menjadi penglihatannya
yang ia gunakan ketika ia melihat, menjadi tangannya yang dengannya ia
memegang, menjadi kakinya ketika ia berjalan. Ketika ia memohon pasti Aku kabulkan
dan ketika ia meminta perlindungan pasti Aku Lindungi”. (H.R. Bukhory.
Arba’in An- Nawawiyah hadist ke 38).
Allah mengabarkan bahwa kedekatan
hamba kepada-Nya menimbulkan kecintaan Allah kepadanya. Jika Allah
mencintainya, maka Dia dekat dengan pendengaran, penglihatan, tangan dan
kakinya, lalu diapun mendengar, melihat, memegang dan berjalan dengan Allah.
Hatinya menjadi seperti cermin yang bening, yang menghadirkan berbagai gambaran
hakikat, persis seperti apa adanya, sehingga hampir- hampir firasatnya tidak
meleset.
Sesungguhnya jika seorang hamba
melihat dengan Allah, maka dia dapat melihat sesuatu menurut apa adanya. Jika
dia mendengar dengan Allah, maka dia dapat mendengar apa adanya. Yang
demikian itu bukan dari ilmu gaib! (فإن العبد إذا
أبصر بالله أبصر الأمر على ما هو عليه, فإذا سمع بالله سمعه على ما هو عليه, وليس
هذا من علم الغيب ......الروح . ٢٣٣ )
Tapi hakikatnya adalah Dzat yang
Maha Mengetahui Hal- Hal Gaib, yang menyusupkan hakikat kebenaran didalam hati
hamba yang dekat dengan-Nya dan mendapat cahaya-Nya yang tidak dipengaruhi
oleh gambaran- gambaran kebatilan, hayalan dan berbagai bisikan yang justru
menghalanginya untuk mendapatkan gambaran hakikat. Jika hati sudah dikuasai cahaya
ini maka cahaya itu akan menjalar keseluruh tubuh, dari hati cepat mengalir ke mata,
lalu mata penglihatannya dapat menyingkap segala sesuatu berdasarkan cahaya
ilahiyah itu (dalam bahasa Jawa disebut: Waskita).
FIRASAT TERTINGGI = MUKJIZAT UNTUK NABI.
Rasululloh SAW dapat melihat para
sahabat yang berada dibelakang beliau ketika beliau sholat berjama’ah,
sebagaimana beliau dapat melihat mereka ketika mereka berada dihadapan beliau (hadist
shohih). Beliau dapat melihat Baitul Makdis (beserta jumlah tiyang- tiyangnya) didepan
mata meskipun beliau ketika itu sedang berada di Mekah. Beliau dapat melihat
istana- istana di Syam, pintu- pintu gerbang Shan’a di Yaman dan kota- kota
Kisra di Persia, padahal waktu itu beliau berada di Madinah sedang menggali
parit untuk persiapan Perang Khondaq. Beliau dapat melihat para wakil beliau
yang mendapat musibah di Mu’tah, padahal beliau berada di Madinah. Beliau juga dapat
melihat Kaisar Najasyi di Ethiopia, ketika Najasyi meninggal dunia, padahal
beliau berada di Madinah (yang jaraknya ribuan kilometer dan beliau saat itu
juga mengumumkan wafatnya Najasyi kepada umat), lalu beliau pergi ketempat
sholat lalu melakukan sholat gaib terhadap Najasyi.
FIRASAT UNTUK PARA SAHABAT DAN TABI’IN.
Umar bin Khottob dapat melihat
pasukannya di Nahawand, Persia yang saat itu sedang bertempur melawan tentara
Parsi. Ketika itu beliau sedang berkhotbah di Madinah, ribuan kilometer dari
Persia. Tiba- tiba dia berteriak: ”Hai Pasukan muslimin, Mundur ke gunung!”. (Teriakannya
pun didengar oleh pasukannya yang sedang berada di Persia, sehingga selamat
dari tusukan musuh dari arah belakang, dan akhirnya kaum muslimin menang).
……………..To be continued/bersambung………….(Tag:Akidah)
Ibnul Qoyyim Al- Jauzy: Ar- Ruh,
Sohifah: 232 ~ 233.
-----------------------
*)Ibnu (Qoyyim) Al- Aljauzy (1292 ~ 1350) adalah salah seorang diantara para murid Syekh Ibnu Taimiyah yang terpandai. Dia adalah guru dari Ibnu
Katsier (1301 ~ 1372), penulis Tafsir Ibnu Katsier yang terkenal
itu.
Mohon cepat ada kelanjutannya karena artikelnya
BalasHapussangat menarik untuk dicermati dan dijadikan
pelajaran untuk bagaimana mempertajam firasat.
Insyaalloh. Terimakasih atas kunjungan anda dan teman- teman.
Hapus